napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Rabu, 19 April 2017

ARTI KEKALAHAN AHOK.


        Alhamdulillah semuanya adalah ketetapan dari Allah swt , lewat pertarungan pilkada DKI yang begitu tegang akhirnya pasangan no 3 Anies-Sandy Insya Allah dipastikan menjadi Gubernur baru Jakarta untuk 5 tahun kedepan.

        Saya justru tertarik dengan melihat apa arti  dibalik  kemenangan ini, mencoba mengambil pelajaran berharga pada pilkada ini bukan semata-mata dari tinjauan politik ansich. Kemenangan ini mengirim pesan begitu kuat kepada umat Islam secara umum dan para elit Islam politik di negeri ini.

     Beberapa catatan penting yang saya bisa tangkap sebagai berikut :

1.JANGAN TINGGALKAN SUARA UMMAT.
     Sudah jamak bagi kita bahwa seringkali Islam politik yang digerakkan oleh partai-partai Islam atau berbasis agama sering  dibenturkan dengan kepentingan pragmatisme sesaat. Para elit partai lebih memilih lakukan deal kepentingan singkat daripada memilih menangkap suara dukungan arus bawah umat.

   Kita bisa melihat bagaimana kegalauan kubu PPP dan PKB dalam putaran kedua, kendati banyak petinggi partai tersebut turut aksi dalam gelombang aksi bela Islam beberapa jilid kemarin bersama konstituennya, namun umat "terluka" atas keputusan justru petingginya mengalihkan dukungan ke kandidat yang "ditolak" oleh umat itu sendiri.

   Mungkin ini pelajaran penting bahwa, seringkali hanya kepentingan politik sesat kita justru tinggalkan basis suara pemilih kita sendiri, jangan salahkan akhirnya jika umat kehilangan selera dan referensi untuk mempercayai Islam politik, kita boleh berkuasa di atas atas mandat mereka, namun jika mereka sudah sakit hati cara mereka menghukum adalah dengan cara tidak memilih mereka.

2. UMAT ISLAM ADALAH BIG MARKET
   Demokrasi memaksa meraup suara terbanyak, karena itu pilihan untuk pasar suara tak terelakkan, Indonesia dan umat Islam adalah keniscayaan, memisahkannya adalah anomali sejarah, kendati kita sadar bahwa kaum muslimin baru menjadi pasar saja  belum menjadi pemain utama dalam mengatur pasar politik Indonesia,  belum menjadi subjek utama ,tapi hanya menjadi obyek saja.

   Itulah sebabnya dari berbagai paslon atau partai apapun pasti tak ketinggalan menggarap pasar yang sangat menggoda ini, perang simbol dan teknis mendekati umat menjadi lumrah dalam politik.

    Karena itu pelajaran Pilkada DKI ini harusnya jadi pelajaran penting bahwa saatnya mereka bangkit untuk tidak menjadi obyek pasar saja,,tapi kalau perlu  menjadi subyek pertama dalam pengarusutamaan politik di negeri ini.

     Mungkin bagi tim Ahok dengan bergabungnya sejumlah elemen umat Islam lewat simbol PPP, PKB atau  beberpa tokoh elit NU dianggap bisa sederhanakan bahwa pasar umat Islam akan diambil, kenyataannya?

3. KEKUATAN BARU ERA MILENIAL.
         Tak dipungkiri demokrasi kita telah memasuki di era yang tak kita temukan di periode-periode yang lalu, yaitu era milenial ditandai dengan jaringan informasi yang begjtu masif dan mudah diakses  secara langsung kepada masing-masing person.

            Mungkin suatu saat memasang iklan baliho di pinggir jalan disamping biaya besar dan harus dijaga terus akan ditinggalkan, sedangkan dengan sekali postingan di akun media sosial apapun jenisnya , belum lagi lewat broadcast via telegram, WA dan lain sebagainya begitu berdampak masif  luar biasa.

             Perang di dunia maya jauh lebih seru dan  sangat dinamis, tak seperti mungkin dulu pilkada pertama kali di gelar 2005. Kini kita sadar bahwa pilar demokrasi bisa bertambah yaitu media sosial.

            Salah satu dampak positifnya adalah efektifnya metode kampanye dan bahkan untuk memblok gerakan lawan, kita lihat betapa blundernya tim Ahok menggelar serangan sembako di hari tenang, tapi peran media secara positif justru mempersepsikan tindakan mereka negatif, mungkin mereka lupa sekarang era digital, ditangan setiap orang ada hp yang bisa bisa langsung dia rekam atau live lewat akun medsosnya dan merangkap sebagai wartawan dan peliput acara dan orang bisa lihat langsung di media sosial.



4. BARANG ITU PENTING.
       Secara survey masyarakat jakarta cukup puas dengan kepemimpinan Ahok, tapi apakah akan memilih kembali tenyata dibawah 50% akan memilihnya kembali, apa artinya tenyata Kagum dengan memilih adalah dua hal yang berbeda.

    Alasan yang paling utama adalah gaya berkomunikasi Ahok yang jauh dari unsur budaya ketimuran secara umumnya. Bicara yang sopan santun, yang lebih sejuk dan merangkul tidak bisa dipungkiri relatif tak dimiliki Ahok.

    Jika barang udah jelek mau dibungkus apapun akan ketahuan jeleknya pada akhirnya, pencitraan hanyalah menjadi beban untuk menutupi wajah asli yang sebenarnya sadar kalau barang tersebut ada cacatnya.

4. BERSATULAH
       Ini adalah inti dari kesemuanya, ternyata  jika umat itu kompak dan solid maka mereka akan memetik buahnya sendiri. Jika suara yang didengungkan umat juga disambut oleh para elit politik Islam maka itu bertemunya suara bawah dengan suara atas.

   Jangan lagi mau dipecah belah, saatnya elit politik Islam tidak memiliki penyakit rendah diri dan dia harus melihat peristiwa gejolak umat ini seakan-akan menegur para elitis, jika kalian tidak becus urus kami maka biarkanlah kami yang bergerak.

     Mari kita bercermin,  seringkali  para elit dihantui oleh penyakit ketakutan yang dia ciptakan sendiri tentang ketidakpastian kedepan, yang akhirnya menyeret mereka untuk memilih jalan pragmatisme.

        Sehingga yang terjadi kekuatan politik Islam di negeri ini seringkali dibenturkan dan mau diadu domba dengan sesama elemen umat oleh kepentingan jahat yang ingin menguasai negeri ini.
 
          Lihatlah bagaimana Pilkada DKI membuat umat  mengambil perannya sendiri, kekuatan yang selama ini di marginalkan tiba-tiba tampil kedepan menjadi arus utama perjuangan politik untuk selamatkan Jakarta dan indonesia sekaligus.

Ya Allah terimalah amal kami.

Sabtu, 15 April 2017

AHOK.MEMAKSA KAMI SEMUA MENJADI "WARGA JAKARTA".

     
Tak pelak lagi dari ratusan titik pilkada yang diselenggarakan secara serentak kemarin, mungkin satu-satunya titik yang menjadi magnet perhatian publik adalah pilkada DKI Jakarta, betapa tidak seluruh  media cetak elektronik sampai medsos menjadi ajang pertarungan serang menyerang  kandidat dan seolah-olah kita semua menjadi warga DKI Jakarta.

    Pertarungan pilkada  DKI bukanlah pertarungan sederhana antara seorang pasangan  Ahok - Djarot vs Anies-Sandy saja, tapi ini pertarungan seluruh elemen  kekuatan di negeri ini dan alat ukurnya sederhana, kita semua tiba-tiba menjadi "warga" DKI.

     Pertarungan ini telah memaksa setiap orang untuk mengambil posisi, mulai dari rakyat jelata hingga para artis papan atas sekalipun, itulah yang bisa menjelaskan pertarungan pilkada DKI ibarat sedang memilih seorang Presiden di negeri ini.

    Apa yang membuat semua orang berkepentingan dengan Pilkada ini ?, ini bukan analisa teori yah, setidaknya ini hanyalah menangkap tentang perasaan apa yang dirasa oleh kita semua, setidaknya saya pribadi.

      Ada satu faktor yang paling krusial yang menyebabkan Pilkada DKI menjadi dahsyat, bahwa keterlibatan secara perasaan emosional kolektif umat Islam akibat kasus sambutan Ahok di kepulauan Seribu yang kita kenal Al Maidah : 51. Sehingga Pilkada DKI telah memaksa umat Islam bereaksi, dari situlah awal semua persoalan ini. Kunjungan kerja tentang Ikan tak ada hubungannya dengan kampanye , tapi Ahok menyinggung hal yang  paling sakral dalam keyakinan umat Islam.

    Semua berawal dari situ  dan Ahok telah memaksa seluruh isi republik ini bereaksi, mulailah gelombang aksi bela Islam jilid 1  dst. Jangan salahkan umat bereaksi karena dirimulah yang memulai, tak puas dirimu terus memancing amarah isi negeri ini dan malah kau  jadikan bahan candaan kalimat al Maidah :54 dan kafir sebagai password wi-fi di area publik Jakarta.

    Ahok telah memaksa semua kita mengambil sikap, baik yang mendukungnya maupun yang melawannya lihatlah di halaman akun berbagai medsos terjadi perang yang luar biasa, mulai Sabang sampai Merauke semua terlibat dalam bagian ini.
   
     Semua sumber daya dukungan partai pendukungpun tak tanggung-tanggung, PDIP sebagai penyokong utama pasangan Ahok Djarot mewajibkan seluruh Alegnya berkontribusi dalam rangka pemenangan , sebagaimana Gerinda, PKS dan Demokrat, tapi begitulah kenyataannya, pilkada DKI menyedot semua anasir kekuatan.

     Dalam benak saya , pertarungan ini tidak akan berakhir sampai di Pilkada DKI saja, kini umat Islam dengan seluruh elemennya terlibat dan mereka sudah mendefinisikan sendiri cara memenangkan pertarungan ini, jadi sadarlah Ahok bahwa engkaulah yang telah mengundang dan memaksa semua kami tiba-tiba menjadi "warga DKI semuanya".

      Tensi perlawanan ini terus meninggi sejak november tahun lalu, seolah-olah semua isi negeri ini terbelah menjadi dua kutub politik saja, tapi itu faktanya. Apatah lagi dalam perjalanan ini seringkali umat "mencurigai" kekuatan negara ikut mensupport Ahok dan itu kelihatan jelas didepan mata dipertontonkan, sampai kasus terakhir dari pihak jaksa dengan alasan belum selesai mengetik atas tuntutan yang akan diberikan kepada sang terdakwa, sebelumnya lewat Kapolda DKI meminta sidang di tunda.

     Wajar saja semakin dekat hari pencoblosan semakin tinggi tensi perlawanan, dari warung kopi, pasar hingga gereja dan masjid sekalipun menjadi panggung pertarungan. Beberapa pengamat mengatakan bahwa sampai 2019 akan terjadi hard game atau permaianan yang keras dalam politik, sebab DKI ini adalah miniatur Indonesia , sebab  jabatan gubernur DKI juga bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi presiden.

   Jadi mari manfaatkan sisa hari ini untuk mengajak seluruh teman, keluarga dan kerabat yang punya hak pilih di DKI untuk mengambil bagian dalam saham menyelamatkan negeri ini, bagaimana mungkin ada terdakwa penista agama akan memimpin ibukota negara ini, maka lawanlah dengan cara tidak memilihnya, Oke oce ! .

SW, warga Balikpapan yg ingin Ahok kalah.

APA JADINYA...?

APA JADINYA..?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang lemah dan orang buruk yang kuat ?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yang diam dan orang buruk yang mengatur ?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yg hanya rajin ingin merubah hanya berdoa, dan orang buruk yang selalu rajin dengan bekerja.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yg hanya mengumpat di balik dinding dan orang buruk yang bergerak di luar sana.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang takut dan orang jahat yang semakin berani.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang tak peduli dan orang jahat yang beringas berbuat.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang bodoh dan orang jahat yang licik.

Apa jadinya...?
Menjadi apa kita..?

Jumat, 14 April 2017

SARA atau KEADILAN?

SARA atau KEADILAN ?

Saat Referendum Timor Timur lepas dari pangkuan pertiwi, apakah faktor SARA penyebabnya ?. Saat propinsi Papua minta Otonomi khusus, apakah faktor SARA penyebabnya  ?.

Apakah DI Aceh meminta hal khusus ttg daerahnya dan direstui pusat, bahkan partai lokal hanya ada disana, apakah SARA penyebabnya ?

itu tentang KEADILAN, jika kita bernegara sudah tak lagi menemukan keadilan atau negara tak lagi bisa menegakkan hukum & keadilan , maka marilah kita mulai hitung mundur umur integrasi kita..

Wahai negara,,,jangan kau perlakukan hukum ini pada banyak orang, tapi kau istimewakan yang lain.

Berapa banyak lagi kau biarkan orang yang meludahi kain persatuan negeri ini kemudian dengan kata maaf semuanya seolah-olah tenang.

Jangan kau biarkan kata toleransi menjadi alat perayu kepada mereka yang sudah di injak harga dirinya untuk diam.

Jangan kau jadikan kata sakti kebhinekaan untuk melindungi sikap intoleransi mereka yang merusaknya.

Rakyatmu hanya minta kau Adil menerjemahkan dan menegakkan siapa yang merusak itu !

Begitu mudah kau tangkap pembawa bendera merah putih bertuliskan kalimat suci syahadat yg karena mungkin ketidaktahuan yang bersangkutan, tapi begitu sulit kau cari seorang Iwan bopeng di negeri ini.

Begitu mudah kau tersangkakan seorang yang statusnya dianggap pemicu keretakan NKRI seperti buniyani tapi begitu sulitnya kau selesaikan ketikan tuntutan sang penista.

UMAT DULU & SEKARANG.


Dahulu itu, orang yang makmurkan masjid, itu juga orangnya yang menggerakkan pasar, seperti Abdurahman bin Auf.

Orang yang saban hari isi shaf sholat di masjid, itu juga orangnya yang selalu terdepan berkuda  saat perang membela Agama dan negaranya, seperti miqdad bin amir.

Orang yang tiap hari hadir di Masjid, itu juga orangnya yang piawai berdiplomasi, seperti  Amru bin Ash

Orang yang dahulu hidupkan masjid, itu juga yang hadir menebar kebijakannya dengan mempimpin rakyatnya, seperti Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib.

Orang yang dahulu hadir di masjid, sama juga orangnya yang selalu kerja keras menanam kurma dan merawatnya, seperti Salman al farisi.

Orang yang dahulu ke masjid, itu juga orangnya yang menyusun strategi dalam perang, seperti Hubbab bin Mundzir

Dulu yang di masjid ada di pasar
Dulu yang di masjid ada di pusat pemerintahan
Dulu yang di masjdi ada di pasukan
Dulu yang di masjid ada di lapangan.

Kini...

Yang di masjid tak kau temui lagi di pasar
Yang di masjid tak lagi kau temukan ia di tempat strategis.

Yang di masjid cukuplah engkau  di masjid
dan biarlah pasar di isi orang-orang  pasar.

Yang di Masjid biarlah di Masjid,
dan biarlah politik di isi orang-orang politik

Yang di masjid biarlah engkau di masjid,
dan biarlah urusan duniamu di urus orang2nya.

Lantas Muhammad saw, ikut dagang, punya pengalaman militer di usia dini, punya organisasi hilful fudhul saat 15 tahun, pebisnis handal, menikah, bertetangga, sampaiakan wahyu, buat negara, urus rakyat dan ummat, buat perdamaian dengan pihak Yahudi, korespondensi dengan para negara tetangga, angkat senjata bela negara, urus keluarga, jadi hakim dll,,,,,apa hanya iseng ?.

Rabu, 12 April 2017

Jiwa-Jiwa Badar.

Padahal saat itu perang sudah didepan mata,
Antar Pasukan sudah saling menatap,
Aroma kesombongan musuh sudah tercium dekat.
Saat itu cuma ada 2 pilihan bagi para sahabat
Maju berperang untuk melawan atau
Mundur teratur mencari aman.

Ini bukan inti dari peperangan,
Namun cuplikan diatas adalah satu wilayah
Bertempur dalam cerita besar perang Badar.
Yaitu bertempur dimedan jiwa,
Yaitu bertempur melawan diri mereka sendiri.

Saat itu mereka sudah mendefinisikan kemenangan mereka,
Bahwa pulang ke madinah dengan jumlah lengkap adalah kemenangan.
Mereka sangat beralasan, karena pasukan ini tadinya bukan
Diniatkan untuk berperang, cuma ingin ''menakut-nakuti''.
Kelompok dagang abu sufyan agar bisa merebut 1000 unta.
Pasukan sejumlah 314 orang, hanya berbekal 2 ekor kuda perang
& 70 pasukan pemanah, belum pernah menyandang gelar menang
apa harus nekat berperang...?

''Apakah kita ingin menyetor nyawa kita ke sana,wahai Rasul ?''.
Kekalahan sudah di depan mata.
Gelar kalah sudah jelas menanti kita.
Beberapa sahabat  sampai bertanya demikian.

Saudaraku,,,,
Ini tentang bunga jiwa yang memilih layu sebelum mekar
Ini tentang mentalitas jiwa yang terlalu
Mematerialkan sebab-sebab kemenangan.

''Berikan pendapat kalian, wahai sahabatku !?''
Rasulullah saw cuma ingin memecah suasana jiwa 314 sahabatnya.
Setiap kali Nabi mendengar jawaban sahabat,
Maka beliau selau mengulangi pertanyaan tersebut.
Ternyata nabi membaca isi jiwa beberapa sahabat, bahwa mereka
Belum satu frekuensi dalam jawaban.

''Sepertinya kami yang engkau minta menjawabnya, wahai Rasulullah?''
Tiba-tiba Saad bin Muadz berbicara, salah seorang petinggi Anshar.
''Benar, kalianlah yang aku tunggu''.

Dalam situasi seperti ini, kita membutuhkan jawaban seperti ini :
''Wahai Rasulullah berperanglah, maka kami akan menyertaimu,
Kami bukanlah pengikut Musa as yang mengatakan kepadanya,
Berangkatlah menuju Tuhan-Mu & berperanglah kalian yang
mengusulkan dan biarkan kami hanya duduk di sini,
jika engkau berperang ke dasar lautan maka kamipun akan
Menyertaimu''

terang wajah Rasul, gembira ria
Karena ini bukan sekedar jawaban lisan,
Namun ini adalah gelora iman di dalam jiwa.

Saudaraku...mengalahkan musuh didalam hati
Jauh lebih sulit daripada musuh yang kita lihat dialam fisik.
Bahwa memenangkan rasa optimismu dari rasa pesimismu
Bahwa memenangkan rasa percaya dirimu dari rasa takberdayamu
Adalah pertarungannya di medan jiwamu sendiri,
Itulah medan pertarungan tanpa batas,
Seluas ketidakterbatasanmu dalam bermimpi.
Sebab ...
menang & kalah,
Sukses & gagal
hanya bisa kita rasakan
Jika kita BERTEMPUR





Kemana jiwa itu !

Oh.... jiwaku dan jiwamu yang dulu bergelora, mengapa kini kau terlihat tenang, apakah engkau sudah tak mengharap ombak itu bisa membadai ?.

Oh... kemana ragaku dan ragamu yang dahulu tak pernah berhenti mengejar asa dihujung sana, apakah engkau sudah kehilangan tenaga jiwa untuk mengangkat wajah ?.

Oh.... dimana kafilah itu, yang dahulu telah pensiun dari rasa malas, apakah musuhmu terlalu besar telah membuatmu menjadi kafilah yang pemalu ?.

Oh ..... mimpiku dan mimpimu yang dahulu selalu menghiasi tidur jiwa kita, mimpi yang membuat kita selalu yakin mengetuk pintu hati manusia?, mengapa kini  mulai raib dari relung hatiku...aku berdamai dengan rasa kantuk itu.


Oh ......dimana dirimu, dimana jiwaku...
jiwa yang selalu menuntun ragaku untuk merajut mimpi yang nyata.
Oh mimpiku,,kembalilah kau hiasi malam-malamku yang kini terasa makin sunyi.

Aku selalu berdiri disini, sampai angin tak sanggup lagi untuk berhembus.

Minggu, 09 April 2017

Bukalah Topengmu !

Lihatkan wajah aslimu, jangan kau pakai topeng kebhinnekaan untuk merusak keberagaman yang memang sudah ada.

Bukalah topengmu !, kau ajak orang menjadi santun setelah kau ludahi  keyakinan mereka.

Jelaskan siapa dirimu, kau buat stigma muslim berpeci anti minoritas dan ganyang Cina dalam video kampanyemu, dan secara sadar pula kaulah yang melepas simpul persatuan yang sudah ada.

#kampanyemuJahat.

Kamis, 06 April 2017

'Aisyah ra, perasaaan & kebenaran .

"Aku tidak akan berdiri untuknya !",  demikian ibunda 'Aisyah ra menjawab ajakan ayahnya yang tak lain adalah sahabat Abu bakar ra atas turunnya rangkaian ayat dalam surat an nuur sebagai klarifikasi atas fitnah yang menimpa beliau pada peristiwa haditsul 'ifki.

Rasulullah saw kala itu baru saja menerima turunnya wahyu didepan pintu saat mau keluar rumah, sangking beratnya beliau memegang pintu tersebut dgn kedua tangannya & butiran keringat tampak keluar diwajah beliau.

Apa pasal hampir sebulan tidak turun wahyu yang selalu dinantikan Rasulullah saw, padahal gosip tersebut  sudah melanda Madinah akibat provokasi kaum Munafik.

Walhasil 'Aisyah ra minta pulang ke rumah orang tuanya karena tidak kuatnya beliau mendenga fitnah tersebut. Bahkan tak pelak lagi saat orang yang paling di cintainya yaitu baginda nabi saw turut bertanya kepadanya setelah mendapat beberapa masukan dari beberapa sahabat .

Atas pertanyaan nabi saw, beliau menjawab, "Demi Allah , jika aku katakan bahwa aku melakukannya maka kalian akan mempercayainya dan jika aku bersumpah tak melakukannya, maka kalian juga tak akan mempercayainya, lebih baik aku bersabar sebagaimana sabarnya Nabi Yusuf as".

Lantas tumpahlah air mata beliau  sejadi-jadinya, karena pertanyaan Rasulullah tersebut, bagi Aisyah itu bukanlah sekedar pertanyaan saja, tapi juga seperti "terkesan berpihak ", sampai beliau mengatakan matanya jadi sembab kehabisan air mata atas peristiwa  tersebut.

Dituturkan sendiri oleh beliau bahwa kondisi ini membuat nabi saw "berubah" tak seperti biasanya, "Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit,aku tidak melihat kelembutan dari Nabi saw seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya,"Bagaimana keadaanmu," kemudian pergi," kata 'Aisyah ra yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits.


"Laa aquumu ilaihi !",  saya tidak akan berdiri untuknya karena turunnya wahyu itu , tapi aku hanya memuji semata-mata untuk Allah atas keterangan dari Rabbku tentang kebenaran diriku.

Penggalan surah  ini terlalu dalam dan nyaris sulit saya pahami. Bahwa Allah swt "sengaja" melambatkan turunnya wahyu kepada Rasulullah saw ditengah masalah yang terjadi. Justru di tengah masa " menunggu, spasi atau fatrah tersebut " ada banyak pihak yang sedang ingin di Tarbiyah langsung oleh Allah swt termasuk sang junjungan tercinta.

Syaikh Munir ghadban dalam fiqussirahnya sudah   membagi para sahabat menjadi 4 kelompok  atas menyikapi fitnah tersebut, paling sedikit adalah para sahabat yang menolak mentah-mentah fitnah tersebut seperti Abu Ayyub ra bersama istrinya, ungkapan mereka di abadikan Allah dgn kalimat, " Haadza buhtaanun ' adziim,," ini adalah dusta yang benar-benar besar!.

Yang paling berat adala tiga orang sahabat yang justru langsung percaya dan aktif menyebarkan gosip tersebut , mereka di cambuk 80 kali, diantaranya adalah Hamnah bintu Jahsy yang merupakan ipar Rasulullah saw.

Masa "fatrah" amat penting bagi nabi kala itu, untuk mengetahui sikap semua orang atas peristiwa tersebut. Boleh jadi "berita dusta" ini buruk bagi kalian, tapi bagi Allah adalah kebaikan,demikian dalam penggalan arti dari rangkaian 15 ayat dalam  surat an nuur.

Mengelola perasaan saat itu yang paling sulit bagi beliau, betapa tidak fitnah ini melanda ring satu Nabi saw yaitu Isteri beliau.  Konflik batin terjadi dan itu terekam dalam sirah sampai nabi minta pendapat beberapa sahabatnya seperti Umar ra dan Ali bin Abi Thalib ra.

Mekanisme menjaga keseimbangan dalam masa jeda yang luput kita lihat, bahwa risalah adalah milik Allah swt, baginda adalah manusia ma'shum atau dipelihara Allah swt , kendati beliau tetaplah manusia biasa.

Sisi sifat "kemanusiaan" itu bekerja atas peristiwa tersebut di tengah didikan Allah swt, munculah ittikad beliau bertanya langsung untuk memecah kebuntuan tanpa keterangan wahyu yang tak kunjung datang.

'Aisyah ra tidak salah sebagaimana Rasulullah saw juga tak mungkin salah, ini tentang  fragmen kemanusiaan dalam bingkai Risalah yang agung.

'Aisyah satu-satunya isteri yang meriwayatkan hampir 2200 hadits, bahkan Rasulullah selalu merindu " untuk masuk jadual" menginap di rumah Aisyah, sebab wahyu tidak  pernah turun di rumah isteri beliau yang lain, bahkan beberapa tafsir ayat mutlak di memiliki oleh beliau, sebab beliau kadang sambil bertanya di atas ranjang bersama nabi saw. Begitulah beliau terkenal dengan sikapnya yang kritis, cerdas dan sekaligus manja  kepada Rasulullah saw yang membuat Rasulullah saw sangat mencintainya.

Ya Allah....jauhkan kami dari prasangka  dan lindungi kami semua dari kelemahan diri atas semua peristiwa.



Rabu, 05 April 2017

Berdamai dengan hati (1).

Sekitar 80an orang-orang
sudah berkumpul dan tengah
memadati masjid Nabawi di Madinah
tahun 9 Hijriah saat itu,,,
mereka sedang menunggu
kedatangan Rasulullah SAW dan
para sahabat dari episode
perang Tabuk.

Menunggu bukan karena sedang
ingin menghibur kedatangan pasukan,
namun,,,untuk sesuatu alasan.
Yaitu untuk menjelaskan apa
alasan yang menyebabkan
mereka tidak turut serta dalam
perang tersebut.

Ada tiga orang yang "gelisah" dari
kerumunan manusia tersebut,,wajah
mereka tampak lain dari yang lain,
wajah mereka tidak bisa menyembunyikan
apa yang sedang terjadi didalam hatinya.

Ka'ab bin Malik,Murarah bin Rabi' & Hilal bin Umayyah
3 lelaki yang tidak pernah absen dalam
semua pertempuran bersama Nabi,,
bahkan Ka'ab mengatakan,"dari semua perang,
tidak ada persiapan yang paling layak aku siapi,
kecuali diperang Tabuk, aku membeli 2 ekor kuda",
namun kenyataannya beliau tertinggal.

"Apa alasanmu,wahai Ka'ab..kenapa
engkau tidak menyertai kami ??,
pertanyaan Nabi memecah keheningan dalam jiwa Ka'ab.
Apa yang terjadi saat itu adalah "pertarungan batin"
dalam hati seorang Ka'ab,,setidaknya itu bisa
kita lihat dari jawaban beliau.

Ya Rasulallah,,sekiranya dihadapanku sekarang
ini adalah salah penduduk bumi selain dirimu,,maka
aku bisa berdusta kepadanya. Engkau telah
mengetahui diriku adalah orang yang paling bisa
merangkai kata untuk meyakinkan siapapun.
Namun itu itu semua tidak mungkin kulakukan,,
jika aku berdusta kepadamu dan engkau pasti yakin
dengan alasaku,,maka aku kuatir suara dari langit
datang membisikanmu akan kedustaan yang aku
lakukan,,maka pasti engkau murka kepadaku.
Dan jika aku berkata jujur dan benar atas alasan
kenapa aku tidak ikut,,maka engkaupun pasti
akan marah kepadaku.Demi Allah aku rela
atas apa yang kau berikan kepadaku".

"Pergilah...Ka'ab,biarkan nanti Allah yang akan
memutuskan masalahmu",,,,.itulah ucapan Nabi
kepada Ka'ab.
Diluar sana Ka'ab melihat barisan
mereka yang antri,,mulai menetes
air mata beliau,,khususnya ketika
dia mengatakan,,,hari itu sulit bagiku
karena semua yang kulihat bersama diriku
untuk menyampaikan alasan kepada Rasul
adalah mereka dari kalangan Orang tua
dan orang-orang yang sudah kami kenal dengan kemunafikannya.

Namun dilubuk hatinya yang dalam
ada "kemerdekaan jiwa" setelah
beliau mampu berdamai dengan hatinya
sendiri,,,

Setidaknya ada kelapangan yang
beliau dapatkan disituasi kesempitan jiwanya saat
itu,, bahwa tidak ikut perang adalah sebuah
kelalaian besar baginya,,namun atas kejujuran
memberikan alasan kepada Nabi adalah
prestasi jiwa yang layak diacungi jempol.
Bahwa kejujuran menyampaikan apa adanya
lebih baik dari mereka yang datang dengan
proposal jiwa berupa "seni mencari alasan".
karena mereka adalah orang handal
dalam urusan yang satu ini,bagi mereka
yang kecil bisa menjadi besar
yang biasa bisa jadi fantastis
yang tidak punya uzur bisa seolah-olah
jadi memiliki alasan untuk tidak terlibat
dalam proyek kebajikan.
(bersambung)


Balikpapan