napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Selasa, 11 Mei 2010

pesona sejarah: Ijinkan aku ikut dalan perang ini wahai Rasulullah...!

pesona sejarah: Ijinkan aku ikut dalan perang ini wahai Rasulullah...!: "jalasatuna
http://pksejahtera.multiply.com Blogger: Create your free blog"

Ijinkan aku ikut dalan perang ini wahai Rasulullah...!

“ Kalau dia bisa ikut perang ini, maka engkau harus ijinkan aku ikut pula
dalam perang ini, karena aku bisa mengalahkan dia !!”

Ini tentang cerita dua remaja yang sedang gelisah akan kepahlawannya.
Dalam sebuah episode perang Uhud, sebelum meninggalkan Tsaniyatul wada’
Rasulullah saw menyeleksi “siapa yang layak” untuk bergabung dalam pasukan.
Beberapa rombongan pulang kembali ke Madinah karena belum layak perang,
namun itu tidak berlaku dalam kamus jiwa seorang Rafi’ bin Khudaij dan Samurrah b in jundub.

Mereka berdua adalah orang yang “harus pulang” ke Madinah
Karena menurut Nabi belum cukup umur untuk ikut sebuah perang.
“Ya Rasulallah,,aku jago dalam memanah ijinkan aku dalam perang Uhud ini”
Setelah memperlihatkan kehebatannya, Nabi akhirnya tergoda untuk menyertakannya
Dalam pasukan dan bukan main girangnya dirinya.
Melihat itu,,Samurrah menjadi gelisah,

“ Wahai Rasulullah,,sungguh aku bisa membanting Rafi’..!”.
Kemudian Rasulullah saw mengatakan kepada mereka berdua
“Kalau begitu, silahkan kalian bertarung didepanku,,”
Dan benar saja, Samurrah bisa membanti Rafi dalam pertarungan itu.
Nabi tersenyum dan mengatakan kepadanya untuk bisa bergabung dalam perang Uhud.

Ini adalah nyayian jiwa seorang pahlawan remaja saat itu,
Usia mereka memang baru belasan tahun, namun voltase jihadnya tidak diragukan.
Yang ruang jiwanya sudah terpenuhi oleh “libido jihad”
Ini bukan keangkuhan, bukan kesombongan, namun ini adalah thumuhat yang ambisius.
Sebuah cita-cita yang hanya bisa dilukis dengan tinta darah dan pengorbanan .
Ini bukan iri, ini bukan dengki, namun ini adalah kemauan baja dengan bingkai iman.

Sekarang kita hadir dipentas bumi ini dengan kekosongan lagu-lagu peradaban
Pita rekaman dan memori kaset peradaban kita sekarang, belum bisa melantunkan
Nyanyian-nyayian jiwa dan dilagukan oleh mereka yang suaranya merdu dengan
Suara-suara langit. Karena kita butuh itu,,supaya kita tidak terlalu rindu untuk tinggal ditanah ini…

Makassar,,,
Gelisah,” menunggu nyanyian jiwa para pahlawan”
Ijinkan aku ikut wahai Rasulullah..

“ Kalau dia bisa ikut perang ini, maka engkau harus ijinkan aku ikut pula
dalam perang ini, karena aku bisa mengalahkan dia !!”

Ini tentang cerita dua remaja yang sedang gelisah akan kepahlawannya.
Dalam sebuah episode perang Uhud, sebelum meninggalkan Tsaniyatul wada’
Rasulullah saw menyeleksi “siapa yang layak” untuk bergabung dalam pasukan.
Beberapa rombongan pulang kembali ke Madinah karena belum layak perang,
namun itu tidak berlaku dalam kamus jiwa seorang Rafi’ bin Khudaij dan Samurrah b in jundub.

Mereka berdua adalah orang yang “harus pulang” ke Madinah
Karena menurut Nabi belum cukup umur untuk ikut sebuah perang.
“Ya Rasulallah,,aku jago dalam memanah ijinkan aku dalam perang Uhud ini”
Setelah memperlihatkan kehebatannya, Nabi akhirnya tergoda untuk menyertakannya
Dalam pasukan dan bukan main girangnya dirinya.
Melihat itu,,Samurrah menjadi gelisah,
“ Wahai Rasulullah,,sungguh aku bisa membanting Rafi’..!”.
Kemudian Rasulullah saw mengatakan kepada mereka berdua
“Kalau begitu, silahkan kalian bertarung didepanku,,”
Dan benar saja, Samurrah bisa membanti Rafi dalam pertarungan itu.
Nabi tersenyum dan mengatakan kepadanya untuk bisa bergabung dalam perang Uhud.

Ini adalah nyayian jiwa seorang pahlawan remaja saat itu,
Usia mereka memang baru belasan tahun, namun voltase jihadnya tidak diragukan.
Yang ruang jiwanya sudah terpenuhi oleh “libido jihad”
Ini bukan keangkuhan, bukan kesombongan, namun ini adalah thumuhat yang ambisius.
Sebuah cita-cita yang hanya bisa dilukis dengan tinta darah dan pengorbanan .
Ini bukan iri, ini bukan dengki, namun ini adalah kemauan baja dengan bingkai iman.

Sekarang kita hadir dipentas bumi ini dengan kekosongan lagu-lagu peradaban
Pita rekaman dan memori kaset peradaban kita sekarang, belum bisa melantunkan
Nyanyian-nyayian jiwa dan dilagukan oleh mereka yang suaranya merdu dengan
Suara-suara langit. Karena kita butuh itu,,supaya kita tidak terlalu rindu untuk tinggal ditanah ini…

Makassar,,,
Gelisah,” menunggu nyanyian jiwa para pahlawan”

Saldo kebaikan kita

Begitulah memang yang akan menimpa
Para pejuang kebenaran dan kebaikan
Bahwa kebaikan yang selama ini mereka
Lakukan tidak serta merta menjadi saldo
Dalam tabungan hati manusia.

Hari itu…
Dua belas algojo para perwakilan suku
Dari kabilah Quraisy sudah siap dengan
Pedang tajam yang terhunus.
Mereka sedang menggarap sebuah proyek sadis
Yaitu ingin membunuh seorang pribadi yang bersih
Jujur dan baik di Kotta Makkah

Mereka sadar bahwa , mereka tidak bisa menghadirkan satu alasanpun
Untuk membunuh Nabi Muhammad SAW
Dalam peristiwa episode Hijrah yang kita kenal.
Namun demikianlah rekayasa..
Bukan karena ada atau tidak ada alasan untuk membunuh beliau …
Karena tidaklah penting bagi mereka
apa alasan membunuh Muhammad bin Abdullah SAW
Jika ditanyakan oleh masyarakat Makkah nanti….

“ Biarkan darah Muhammad dan bani Hasyim
Tercecer disemua pedang-pedang kita,,,
Agar ahli warisnya tidak berani menuntu kita…”
Itulah jawaban yang paling ilmiah
Yang dikemukakan oleh Abu Jahal untuk meyakinkan para petinggi
Kabilah di parlemen darun nadwah saat itu.

Lelaki suci itu ditolong oleh Rabb-Nya
Dalam proses Hijrah dari Makkah ke Madinah
Sedih dan pilu,,bercampur jadi Satu dalam jiwa beliau
bahwa penduduk kota suci
Makkah telah memaksa beliau keluar dari
Kota yang sangat di cintainya

Lupakah mereka dengan kebaikan Rasulullah SAW?
Dimana akal sehat mereka semuanya,,,,!!
Lupakah mereka peristiwa 18 tahun yang silam
Bahwa nyaris terjadi “pertumpahan darah” besar di kota Makkah
Yang melibatkan semua suku kala itu
Tentang sengketa peletakan hajar aswad ketika
Mereka melakukan renovasi ka’bah.

Semua suku merasa paling berhak
Dua belas suku itu sudah mengasah pedangya
Bersiap untuk berperang demi Hajar aswad tersebut.
Siapakah pribadi yang menyelamtkan mereka saat itu..?
Siapakah pribadi yang berhasil menyarungkan pedang-pedang mereka..?
Siapakah lelaki yang berhasil mendamaikan mereka semua..?
Siapakah pribadi yang menyelamatkan nyawa-nyawa mereka..?
Yang nyaris melayang demi kesombongan Jahiliyah.

Yah…Rasulullah SAW
Beliaulah yang mereka ingin bunuh
Dengan pedang-pedang mereka sendiri.
Dahulu dimana Rasulullah menyelamatkan dua belas suku tersebut,
Namun kini mereka kehilangan akal sehat, justru
Dua belas suku tersebut datang untuk membunuh beliau.


Balikpapan, gedung rakyat


Gelisah,” menabung kebaikan di rekening ummat,,,ada saat kau memetiknya ??kita lihat nanti

Sang bunga mekar di taman jiwa...

Apa yang kurang pada mereka berdua,,,
Sang suami adalah salah seorang yang
Telah dijamin masuk ke dalam syurga,
Orang ke tiga yang masuk ke dalam Islam,
Seorang yang tinggal dan tumbuh dalam asuhan
Rumah tangga yang paling mulia Rasulullah SAW.

Sang istri adalah seorang wanita suci
Wanita yang terbaik di nasabnya
Selalu menjaga ‘iffahnya dalam pergaulan
Termasuk wanita-wanita awal yang
Mengimani da’wah Rasulullah SAW.

Namun begitulah adanya,
Diluar dugaan semuanya,
Rumah tangga mereke berujung pada perceraian,
Bagaimana tidak, sang suami adalah Zaid bin Tsabit
Dan sang istri adalah Zainab bint jahsy
Pernikahan mereka adalah rekomendasi dari Rasulullah SAW

Keduanya bukanlah orang biasa
Keduanya adalah manusia hebat
Keduanya adalah rujukan dalam keteladanan
Keduanya adalah pembela da’wah
Keduanya sama-sama memiliki kedekatan
Dengan Rasulullah SAW

Namun demikianlah cara kerja cinta
Tidak sederhana yang kita bayangkan
Rasulullah SAW sampai menasehati keduanya
Agar tetap mempertahankan rumah tangganya,
Namun tetap, perpisahan adalah jalan yang mereka putuskan

Ini balada bunga cinta rumah tangga sang sahabat
Yang gagal bunganya tumbuh mekar menjadi bunga
Belum sempat ia berkembang, namun sudah layu
Sulit dijelaskan dengan alasan apapun
Bukan karena kita adalah “saleh” maka rumah tangga akan bertahan

Cinta itu seperti bunga yang ingin tumbuh
Dan mekar di taman hati,
Bunga cinta tak akan mungkin tumbuh
Di kegersangan tanah jiwa
Kalaupun dia tumbuh di atas tanah jiwa yang gembur
Namun tetap saja ia membutuhkan air
Yang akan memberikan kesejukan padanya,
Sebagaimana ia juga membutuhkan cahaya
Yang akan memberikan gelora padanya.

kita para suami bukanlah orang yang
Lebih baik dari seorang Zaid bin tsabit
Dan para isteri kita pula bukanlah yang
Lebih baik dari seorang Zainab bintu Jahsy

Karena itulah…
Balada cinta kita akan berbeda
Tergantung dari situasi lapangan jiwa kita
Sekufu di awal belum tentu sekufu di akhir
Namun alangkah baiknya., semua kita berdoa
“Ya Allah aku telah ikhlas menikahi isteriku
Jadikanlah ia sebagai pasanganku di dunia
Dan juga pasanganku di akhirat”,

Seperti Jibril as yang datang kepada Rasulullah SAW
Atas pernikahan beliau dengan ‘Aisyah ra
“Ya Muhammad,, Hadzihi zaujuka fid dunya wal akhirah..”
Wahai Muhammad,,inilah pasanganmu di dunia dan di akhirat..”


Balikpapan, gang Depag

Gelisah,” ijinkan aku,,merawat dirimu…wahai bungaku”

Tunggui kami suatu saat nanti...!

Badan gagah itu berjalan kokoh
Memasuki perkampungan sukunya bani ‘Ady
Pandangan sinis tertuju matanya,
Padahal tadinya mereka melepas
Dengan senyuman harapan kepadanya.

Namun tetap saja,,,
Langkahnya pasti
Tatapannya tetap tajam
Semburat gelora jiwanya
Terpancar dari raut wajahnya
Ada kegembiraan yang
Tak mampu ia sembunyikan.

Umar bin Khattab baru saja
Menyatakan keislamannya,
Padahal tadi pagi ia berangkat dengan
Sebilah pedang yang tajam untuk
Mencari satu nama untuk menangkapnya
Hidup-hidup, yaitu Muhammad bin Abdullah SAW.

“Wahai Umar,,!!sihir apa gerangan yang mengenaimu”
“Wahai Umar,, Kenapa engkau permalukan keturunan kami”.
Kritikan tajam datang kepadanya,
Namun tetap dia adalah seorang Umar bin khattab
Seorang jawara Quraisy yang tak tertandingi.
Namanya selalu menjadi langganan di gantung di dinding ka’bah
Untuk menghargai para pemenang adu kuda dan perang
Yang diadakan setiap musim pasar tahunan.

“ Sebelum aku berangkat, Muhammad adalah orang yang paling aku benci
Namun kini setelah aku datang kepada kalian,
Tidak ada orang yang paling akun cintai diatas bumi ini
Kecuali Muhammad SAW “.
Demikian jawaban sederhana beliau
Namun cukup bertenaga untuk mengatakan
Kepada mereka semuanya.

Hari esoknya adalah hari yang pahit bagi beliau
Spontan semua laki-laki dari kampong Bani ‘Ady
Memukul dan mengeroyok beliau, mulai pagi hingga siang
Dan dari siang sampai sore giliran Umar yang memukul mereka.
Walhasil jasilnya seri…., namun diatas napas lelah
Umar bin Khattab mengatakan kepada mereka,
“Tunggu kalian, kalian jumlah kami sudah mencapai 300 orang”.
Ini bukan mengancam
Ini bukan terror,
Namun ini adalah kekuatan jiwa yang berselimut tekad yang tinggi.
Yah itulah Umar,,,selalu keindahan yang kita temukan
Dalam pesona dirinya.