napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Jumat, 31 Maret 2017

SULAIMAN & FIR'AUN

Mereka berdua memang hidup tidak sezaman, tapi keduanya menjadi model percontohan dalam al Quran  bagaimana jika kekuasaan itu bertemu dengan dua jenis tipe manusia. Satu adalah seorang Nabi Allah dan yang satu adalah seorang  raja besar penguasa Mesir.

Tidak banyak Rasul yang diberikan kekuasaan, karenanya nabi Sulaiman as adalah cerita tentang risalah kenabian yang bertemu dengan kekuasaan. Sedangkan Fir'aun adalah manusia yang juga diberikan kekuasaan cukup besar dengan berbagai daya dukungnya, seperti Qorun pemilik modal, Haaman pemegang kekuatan militer serta Samiri seorang akademisi yang berpengaruh.


Kekuasaan itu benda netral, tapi akan berdampak kepada kehidupan tergantung ditangan siapa dia dikelola.

Kekuasaan datang pada Sulaiman jadiilah kedamaian , tetapi kekuasaan datang pada Fir'aun menjadikan sebuah  Tirani.

Kekuasaan datang kepada Sulaiman membuatnya semakin tunduk dan banyak bersyukur pada Rabbnya, tetapi kekuasaan datang pada Fir'aun menjadikannya dia semakin  sombong dan lupa diri.

Kekuasaan datang pada Sulaiman menjadikannya pemimpin penebar kasih sayang, sebagaimana kekuatiran Ratu Bilqis yang diabadikan dalam al Quran, " Sungguh setiap Raja apabila memasuki sebuah kota akan melakukan kerusakan dan menjadikan penduduknya terhina", ternyata lewat  surat nabi Sulaiman  yang lembut mengantarkan Bilqis menaruh hormat kepadanya tentang bagaimana mengelola kekuasaan.

Sedangkan kekuasaan datang pada Firaun justru menjadikan Istananya sebagai produsen ketakutan dan mendistribusikan ketakutan-ketakutan tersebut pada setiap rumah warganya, rakyat hidup dalam kegelisahan bahwa siapapun wanita yang hamil jika melahirkan anak laki-laki akan di bunuh.

Jika Sulaiman as tidak melihat pada ratu Bilqis sebagai kompetitornya apalagi menuduhnya lakukan makar pada  kekuasaannya, maka Fir'aun justru melihat semua bayi laki-laki sebagai musuh yang harus dibunuh sejak lahir.

Sulaiman as itu konsepnya sinergi tapi Fir'aun itu kompetisi.  Jika Sulaiman  kekuasaanya itu merangkul  , maka Fir'aun imkekuasaannya  itu memukul.


Jika kekuasaan yang besar pada diri nabi Sulaiman menjadikan dirinya semakin  menghambakan diri pada Rabbnya, maka kekuasaan yang besar pada diri Fir'aun  membuat  dirinya memiliki Sifat Tuhan dan dia tantang nabi  Musa as, "ana Rabbukumul a'la !, artinya sayalah Tuhanmu yang paling tinggi ".

Kekuasaan itu sumber daya.

Kekuasaan itu mata pedang.

Tapi apakah ia akan menjadi sumber malapetaka atau menjadi alat pembuat kemakmuran?.

Tapi apakah ia akan menjadi pedang penjaga keadilan atau justru penyembelih rakyatnya sendiri,?

Jawabannya tergantung dia bertemu dengan siapa?, mau model Sulaiman atau model Fir'aun.

Rabu, 29 Maret 2017

MISI LANGIT DALAM AGENDA POLITIK KITA.


1. Politik itu adalah alat netral, yang membuatnya bernilai adalah ruh yang mengendarainya.

2. Politik adalah kendaraannya, namun yang mengendalikannya adalah misi pengendaranya.

3. Politik itu adalah tentang kepentingan, tapi lebih penting lagi untuk menjawab apa kepentingan kita untuk politik itu.

4. Politik itu memang tentang menggapai otoritas kekuasaan, tapi lebih penting jika kita tanya untuk apa kekuasaan itu?

5. Mengawinkan kepentingan kedalam politik itulah membuat politik ini penuh warna warni.

6. Diatas manusia yang memiliki kepentingan terhadap kehidupan ini, Allah swt jualah pemilik kepentingan hakiki.

7. Semua daftar keinginan Allah swt ada dituangkan-Nya dalam al Quran, itulah yang menjadi daftar pekerjaan kita yg menjadi Khalifah-Nya.

8. Selain syariat berisi daftar keinginan Allah, maka dia juga berisi daftar larangan-Nya, itulah yang membatasi kita.

9. Semua keinginan dan larangan-Nya harus kita realisir dalam kehidupan ini agar tercipta kebaikan dan Ridho Allah swt.

10. Dan dari semua alat yang kita butuhkan, tidak ada yang lebih besar perannya seperti Kekuasaan atau "otoritas".

11. Dan pintu masuk untuk mendapatkan kekuasaan atau otoritas itu adalah dengan menggunakan kunci politik.

12. Sejatinya para pejuang dakwah politik adalah mereka yang lahir dengan misi langit.

13. Kaki mereka memang di bumi tapi jiwa, akal dan ruuhnya adalah nuansa langit.

14. Mereka masuk ke istana untuk membawa proposal langit, itu alasan mereka hadir.

15. Apa dahulu yang membuat Ratu Balqis penguasa di Yaman terkaget-kaget dengan surat politik dari nabi


Sulaiman as?

16. Dia khawatir dengan cara politik nabi Sulaiman as, karena dalam referensinya politik dan kekuasaan jika bertemu adalah kehancuran.

17. Seperti yang diabadikan Allah dalam al quran tentang statmennya : "Innal Muluuka idzaa dakhalal qaryah afsaduuha"

18. "Sesungguhnya jika para penguasa itu memasuki suatu daerah atau negeri maka akan membuat kerusakkan."

19. Namun Sulaiman as bukanlah tipe penguasa politik seperti yang dipersepsikannya, beliau menjadi "anomali politik" saat itu.

20. Saat Nabi Sulaiman bertemu dgn kekuasaan maka lahirlah kedamaian, bukan seperti Firaun yg bertemu kekuasaan menghasilkan tirani.

21. Apa yang membedakannya, adalah misi kepentingannya, Sulaiman as penguasa bumi dengan misi langit.

22. Sedangkan Firaun adalah penguasa bumi tapi misi hawa nafsunya.

23. Politik dengan agenda-agenda langit adalah misi suci, dia adalah misi yang hadir sebagai alasan mengapa kita hidup.

24. Para pejuang misi langit hanya memiliki satu agenda penting agar suara langit juga menjadi suara bumi.

25. Agar apa yang diinginkan Allah swt juga menjadi keinginan penduduk bumi ini dan sebaliknya.

26. Politik hanya ingin mempertemukan keinginan Allah swt menjadi keinginan publik untuk itu mereka berjuang di politik.

27. Karena mereka sadar Keinginan Allah swt tak memiliki "tangan dan kaki" berjalan turun dari langit menuju bumi lalu diikuti semua orang.

28. Dia butuh orang yang membawa dan menghidupkannya di bumi ini, itulah misi pejuang langit.

29. Para pejuang yang menyembunyikan keberaniannya dibalik kelemahlembutannya.

30. Karena jauh sebelum mereka tegakkan Islam di negerinya, mereka sudah dahulu menegakkan dalam dirinya.

Selasa, 28 Maret 2017

UNTUKMU TUAN PRESIDEN.

*

Pak Presiden,  sadarkah jika dahulu Umat Islam tak berpolitik maka kita tidak akan menjadi keluarga besar bernama Indonesia ?.

Pak Presiden,  ajakanmu untuk memisahkan  Agama dari politik adalah justru ahistoris dengan para pendahulu kita, sebab saham terbesar kebangkitan dan kemerdekaan ini adalah elemen Agama tuanku.


Pak Presiden, sadarkah engkau bahwa usia Agama lebih lama dari pada usia negara kita,  dahulu Imam Bonjol, pangeran Dipenogoro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Panglima Polim, Pangeran Badaruddin, Sultan Hasanuddin dll belum mengenal bendera Merah Putih, lagu Indonesia Raya dan Panca Sila . Mereka angkat senjata  usir para penjajah karena perintah Agama tuanku, belum ada pemilu apalagi pilkada kala itu tuanku.

Pak Presiden, pernyataanmu pisahkan Agama dan politik agar rakyat tahu mana agama dan mana politik ? itu bermakna banyak tuan presiden. Pertama Agama dianggap "sumber masalah ",  ketika dia masuk ke politik, kedua menganggap agama terlalu sakral dan suci dan tidak pantas masuk ke politk yang kotor, artinya agama adalah untuk orang suci dan politik adalah untuk orang kotor, jadi politisi itu kotor tuanku


Pak Presiden, yang ketiga menuduh agama hanya mengatur masalah selain politik, padahal politik adalah pintu kekuasaan yang denganya anda bisa atur semuanya, termasuk khatib jumat pun anda akan akreditasi.

Pak Presiden, anda letakkan agama jauh dari politik, tapi saat minta dukungan politik anda masuk ke basis pemilih agama dan tak sungkan anda bersurban, pimpin sholat jamaah dan dalam pembukaan pidato kampanye dengan bumbu kalimat Arab biar kesan Islami dan ibu negara berjilbab, apakah itu yang namanya memisahkan agama dari politik?.

Pak Presiden, Agama terlalu prifat bagi pemeluknya melebihi negara sekalipun, dia masuk mengatur kehidupan seorang mulai  masuk WC, cara tidur, cara potong kuku saja diatur, apalagi politik sebagai alat yang mengatur kekuasaan.

Tuanku Presiden , berhentilah membuat jarak antara agama dengan politik, karena itu semakin menyakitkanmu sendiri, nanti saat pilpres kau akan angkat isu-isu simpatik beragama.

Pak Presiden , politik itu benda netral dan yang membuatnya menjadi berwarna adalah siapa yang mengendarakannya. Agama adalah moralitas tapi politik kekuasaan adalah legalitas, salahkan orang beragama hanya ingin mempertemukan antara moralitas dengan legalitas?.

Jika kau pisahkan agama dengan politik, maka bagaimana status partai-partai yang berlandaskan dan bercorak agama?, mau engkau bubarkan?.

Berhentilah menyakiti umat presidenku,  karena kini engkau pimpin mereka semuanya.

Satu pertanyaanku padamu tuanku, " Bisakah engkau pisahkan rasa manis dari gulanya? , rasa dingin dari butiran saljunya? , jika engkau bisa pisahkan, maka baru bisa engkau pisahkan agama dari politik.

SYUKRI WAHID
(Hanya seorang Jamaah dari salah satu Masjid)

Sabtu, 25 Maret 2017

SAAT TAKDIR BUTUHKAN SEBAB.

HANTAMKAN KAKIMU !.

Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Al-Anbiya’: 83).

Dikatakan kepadanya, “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (Shad: 42).

        Jika pertolongan Allah itu harus kita ukur dengan logika akal, maka sudah tentu Nabi Ayyub as bisa saja "protes" setelah beliau 18 tahun sakit dengan sekujur tubuh rusak dan lumpuh.

         Kenapa justru perintahnya "hentakan kaki", padahal beliau sakit ?, bukankah ini seperti  tidak sesuai dgn kondisi beliau?.

         Aduhai akal yang terbatas ini, sebab Allah bisa saja langsung  sembuhkan beliau jika mau, tapi Allah ingin melihat respon hamba  tehadap perintah dan juga memberikan alasan   takdir juga membutuhkan sebuah sebab.

GOYANGKAN POHON ITU !.

Rasa sakit (karena akan melahirkan) memaksa Maryam bersandar pada pangkal pohon kurma. Maryam berkata, ‘Aduhai, sekiranya aku mati saja sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan’.” (Maryam: 23)

”Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. (QS 19/Maryam : 25),

     Apa yang bisa menjelaskan bahwa di tengah menahan rasa sakit jelang melahirkan ditengah kesunyian, beliau merintih sakit tuk mengadu kepada Rabbnya atas kelemahan yang dirasa.
     Namun perintah Allah swt justru kepadanya adalah " goyangkan " pohon disampingmu. Jika akal yang kita pakai, sudah barang tentu kita akan bilang sepertinya Allah tidak melihat kondisi beliau yang sudah sakit, kenapa justru perintah keluarkan tenaga, apa mungkin sekedar goyang pohon yang kokoh itu akan jatuh buah-buahnya.
     Ya Allah hanya butuh sebab pada kita, supaya usaha dan berbaik sangka kepada Allah  akan bertemu takdirnya.



Jumat, 10 Maret 2017

KEPEMIMPINAN NUBUWWAH

Salah satu faktor yang mampu mengasah kepribadian beliau sejak dini untuk di persiapkan menjadi seorang pemimpin Risalah dan ummat adalah lewat fase-fase umur beliau yang sarat dengan pembelajaran kehidupan, semua ini adalah persiapan menuju kenabian.

Di usia 8 tahun sampai 13 tahun, beliau sudah mandiri dengan status sebagai pekerja/employ, bergaji rutin dari pekerjaan mengembalakan kambing milik saudagar kaya di Makkah. "Aku dahulu mengembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath (HR Bukhari no 2262, dalam kitab al ijarah).
Jadi sederhananya saya menyebutkan beliau sudah memiliki penghasilan tetap saat  usia dimana sebagian besar kita berjibaku dengan dunia belajar formal di SD.

Mengembalakan kambing mengajarkan 5 hal tentang fungsi dan  prinsip dasar yang mutlak dimiliki oleh seorang leader atau pemimpin dalam diri beliau :

1. Path finding atau Mencari

     Peran ini tidak mudah karena seorang pengembala harus berpikir cerdas mencari titik lembah atau kawasan yang produktif dan kondusif untuk kawanan kambingnya, dia harus berpikir luas  menembus batas wilayah bahkan tak jarang sangat sering berbenturan dengan batas suku-suku saat itu, dari sini sudah melatih jiwa ma'rifatul maidan (mengenal daerah) dengan baik. Saya pernah melihat kawanan kambing di lembah gua tsuur saat menunaikan ibadah haji  waktu  itu, saya bingung melihat  rumput hijaupun tak ada, namun darimana seseorang pengembala tahu suatu kawasan memiliki itu layak untuk kambingnya. Jadi Nabi saw telah memiliki kemampuan mencari yg luar biasa, menjelajah jauh diluar kota Makkah dengan usia sekecil itu.

2. Directing atau Mengarahkan

     Seorang pemimpin itu adalah juga seorang direktur yang mengarahkan seluruh stafnya ke arah tujuan. Nabi saw telah dilatih untuk menjadi direktur yang baik, tidaklah mudah setelah mendapatkan titik lokasi yang dituju, maka tugas berikutnya adalah mengarahkan seluruh kawanan ternak menuju kesana, terkadang beliau di depan, terkadang beliau di samping dan juga di belakang, semua itu dalam rangka mengarahkan kambingnya menuju padang  gembalaan.

3. Controlling atau Mengawasi

       Skill berikutnya yang tak kalah penting dalam pembelajaran pengembala kambing adalah mengawasi. Pandangan helikopter dalam istilah manajemen, kemampuan mengawasi dari satu titik menuju semua wilayah pantauan, bisa kita bayangkan jika ada ratusan kambing yang harus di awasi agar tidak tersesat atau terpisah dari kelompok. Itulah sebabnya kita mengetahu dalam perang Tabuk ada sekitar 18 ribu pasukan, tapi beliau sampai tahu dan  bertanya kenapa Ka'ab bin Malik tidak ikut.

4. Protecting atau Melindungi

       Kemampuan untuk menjaga dan melindungi kawanan kambing dari hewan pemangsa liar dan para pencuri juga adalah tanggung jawab seorang leader. Selama 5 tahun berprofesi ini nabi saw benar-benar diajar untuk mendapatkan kemampuan menjadi pelindung yang baik. Mengertilah kita diatas tahun 6 Hijriah berbagai suku bergabung dengan beliau kendati masih musyrik, seperti bani Khuza'ah yang benar-benar merasakan manfaat perlindungan Rasulullah saw saat bani Bakr sekutu Quraisy menyerang mereka sehingga batallah perjanjian Hudaibiyah yang bermuara kepada penakulukkan Kota Makkah.

5. Reflecting atau Perenungan

     Yang tak kalah penting juga adalah mengembalakan kambing melatih kemampuan perenungan dalam diri beliau, setelah memastikan kawanan kambing sedang menikmati ladangnya, maka itulah saatnya beliau duduk rehat sejenak sambil berinteraksi dengan alam dan kehidupan, kemampuan recoverynya yang sangat tinggi membuat beliau survive dengan dakwah ini.

Nubuwwah itulah adalah wilayah otoritas Allah swt dalam menentukan manusia pilihan-Nya, namun semuanya tetap menempuh cara-cara pencapaian alamaiyah, Kenabian itu pemberian namun kepemimpinan itu perolehan, jika pemberian dan perolehan ini bertemu pada akhirnya dia Sempurna.

Wallahu 'alam
Syukri wahid

maraji'
sirah ibnu Hisyam
Muhammad super leader