napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Sabtu, 15 April 2017

AHOK.MEMAKSA KAMI SEMUA MENJADI "WARGA JAKARTA".

     
Tak pelak lagi dari ratusan titik pilkada yang diselenggarakan secara serentak kemarin, mungkin satu-satunya titik yang menjadi magnet perhatian publik adalah pilkada DKI Jakarta, betapa tidak seluruh  media cetak elektronik sampai medsos menjadi ajang pertarungan serang menyerang  kandidat dan seolah-olah kita semua menjadi warga DKI Jakarta.

    Pertarungan pilkada  DKI bukanlah pertarungan sederhana antara seorang pasangan  Ahok - Djarot vs Anies-Sandy saja, tapi ini pertarungan seluruh elemen  kekuatan di negeri ini dan alat ukurnya sederhana, kita semua tiba-tiba menjadi "warga" DKI.

     Pertarungan ini telah memaksa setiap orang untuk mengambil posisi, mulai dari rakyat jelata hingga para artis papan atas sekalipun, itulah yang bisa menjelaskan pertarungan pilkada DKI ibarat sedang memilih seorang Presiden di negeri ini.

    Apa yang membuat semua orang berkepentingan dengan Pilkada ini ?, ini bukan analisa teori yah, setidaknya ini hanyalah menangkap tentang perasaan apa yang dirasa oleh kita semua, setidaknya saya pribadi.

      Ada satu faktor yang paling krusial yang menyebabkan Pilkada DKI menjadi dahsyat, bahwa keterlibatan secara perasaan emosional kolektif umat Islam akibat kasus sambutan Ahok di kepulauan Seribu yang kita kenal Al Maidah : 51. Sehingga Pilkada DKI telah memaksa umat Islam bereaksi, dari situlah awal semua persoalan ini. Kunjungan kerja tentang Ikan tak ada hubungannya dengan kampanye , tapi Ahok menyinggung hal yang  paling sakral dalam keyakinan umat Islam.

    Semua berawal dari situ  dan Ahok telah memaksa seluruh isi republik ini bereaksi, mulailah gelombang aksi bela Islam jilid 1  dst. Jangan salahkan umat bereaksi karena dirimulah yang memulai, tak puas dirimu terus memancing amarah isi negeri ini dan malah kau  jadikan bahan candaan kalimat al Maidah :54 dan kafir sebagai password wi-fi di area publik Jakarta.

    Ahok telah memaksa semua kita mengambil sikap, baik yang mendukungnya maupun yang melawannya lihatlah di halaman akun berbagai medsos terjadi perang yang luar biasa, mulai Sabang sampai Merauke semua terlibat dalam bagian ini.
   
     Semua sumber daya dukungan partai pendukungpun tak tanggung-tanggung, PDIP sebagai penyokong utama pasangan Ahok Djarot mewajibkan seluruh Alegnya berkontribusi dalam rangka pemenangan , sebagaimana Gerinda, PKS dan Demokrat, tapi begitulah kenyataannya, pilkada DKI menyedot semua anasir kekuatan.

     Dalam benak saya , pertarungan ini tidak akan berakhir sampai di Pilkada DKI saja, kini umat Islam dengan seluruh elemennya terlibat dan mereka sudah mendefinisikan sendiri cara memenangkan pertarungan ini, jadi sadarlah Ahok bahwa engkaulah yang telah mengundang dan memaksa semua kami tiba-tiba menjadi "warga DKI semuanya".

      Tensi perlawanan ini terus meninggi sejak november tahun lalu, seolah-olah semua isi negeri ini terbelah menjadi dua kutub politik saja, tapi itu faktanya. Apatah lagi dalam perjalanan ini seringkali umat "mencurigai" kekuatan negara ikut mensupport Ahok dan itu kelihatan jelas didepan mata dipertontonkan, sampai kasus terakhir dari pihak jaksa dengan alasan belum selesai mengetik atas tuntutan yang akan diberikan kepada sang terdakwa, sebelumnya lewat Kapolda DKI meminta sidang di tunda.

     Wajar saja semakin dekat hari pencoblosan semakin tinggi tensi perlawanan, dari warung kopi, pasar hingga gereja dan masjid sekalipun menjadi panggung pertarungan. Beberapa pengamat mengatakan bahwa sampai 2019 akan terjadi hard game atau permaianan yang keras dalam politik, sebab DKI ini adalah miniatur Indonesia , sebab  jabatan gubernur DKI juga bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi presiden.

   Jadi mari manfaatkan sisa hari ini untuk mengajak seluruh teman, keluarga dan kerabat yang punya hak pilih di DKI untuk mengambil bagian dalam saham menyelamatkan negeri ini, bagaimana mungkin ada terdakwa penista agama akan memimpin ibukota negara ini, maka lawanlah dengan cara tidak memilihnya, Oke oce ! .

SW, warga Balikpapan yg ingin Ahok kalah.

Tidak ada komentar: