napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Selasa, 24 Maret 2009

Orang-orang besar itu…!!

Aneh, heran dan menakjubkan, setidaknya
Itulah dirasakan oleh seorang utusan Raja Persia
Ketika dia memasuki kota Madinah dan ingin
Bertemu dengan seorang khalifah yang namanya
Sudah “mendunia” kala itu, Umar bin Khattab.
Ketika dia tiba dipintu gerbang kota Madinah
Tiba-tiba saja semua bangunan didalam pikirannya
Tentang kaum muslimin runtuh berantakan.

Sulit dia terima kenyataan itu, bahwa kaum muslimin
yang telah mengalahkan “negaranya” itu
dan juga telah menaklukkan negera sebesar Romawi,
membuka Mesir sebagai pintu gerbang benua Afrika dan sebagainya itu,
Pasti berasal dari “kota” yang bagus infrastrukturnya.
Pasti memiliki istana yang megah dan mahkota sang rajanya terbuat dari emas berlapis-lapis dan terbungkus oleh pakaian indah sang raja.
Pasti bagus bangunan-bangunan rumahnya.
Pasti canggih sisitem pengamanan berlapisnya
Pasti amat sulit dan birokratif menemui “sang Rajanya”
Dan sudah pasti para pasukannya memiliki “barak-barak” militer yang kuat.

Itu…semua menjadi sirna,iya…semuanya sirna
Semua kesan itu menjadi paradoks dalam benak pikirannya.
Sedikit berguman dia didalam hatinya…seranya bertanya.
Apa betul….ini adalah Madinah yang bisa mengalahkan Roma itu…?
Apa iya….ini adalah Madinah yang menaklukkan Persia itu..?
Dimana wajah-wajah prajurit yang sangat sangar kala itu..?
Kemana para pasukan yang pernah mengatakan kepada kami
Ketika perang Qadhisiyyah itu terjadi :
“wahai Rustuum, kami datang kepada kalian
dengan para tentara, yang sangat mencintai kematian
sebagaimana kalian mencintai kehidupan”
Semuanya itu menjadi pertanyaan dalam dirinya.


Ketika dengan pakaian kemewahan sang utusan itu
Dia ingin menemui sang khalifah Umar bin khattab
Tidak ada protokoleran yang dilaluinya
Tidak ada sambutan yang melambungkan hati
Tidak ada tepuk tangan yang menyambutnya.
Seraya dia bertanya,,,”bagaimana caranya aku bisa
Bertemu dengan raja kalian?
Diantara sahabat ada yang menjawabnya,
“jika engkau ingin bertemu khalifah Umar
dia ada di bawah pohon kurma disamping masjid sana !”.

Sang utusan itu, terdiam, hening, dan seribu bahasa
Kini dia sedang berhadapan dengan seseorang
Yang sedang tertidur pulas dalam dan damai
Tidak ada tanda-tanda masalah besar dalam raut wajah tidurnya,
berbantalkan tangan kanan yang dilipat
Diatas permadani padang pasir, ditiup angin sepoi-sepoi
Dibawah rindangnya pelepah kurma.
Inikah,,,orang itu yang menaklukkan
Persia dan Romawi itu?, bagaiman bisa orang seperti
Ini tidur nyaman tanpa ada yang mengawalnya.

Kini dia sadar, bahwa sedang berhadapan dengan
Sebuah peradaban besar yang berisi orang-orang besar
Dia sedang melihat pemandangan di Madinah
Bahwa mereka adalah orang-orang pilihan
Yaitu, mereka adalah orang-orang
yang menyembuniyikan keberaniannya dibalik kelemahlembutannya
yang menyembunyikan kecerdasannya dibalik ketawadhuannya
yang menyembunyikan keperkasaannya dibalik kerendahandirinya
yang menyembunyikan Izzahnya dibalik kebersahajaannya.


Balikpapan, Gang Depag


“paradox kejiwaan”

Minggu, 22 Maret 2009

Pribadi-pribadi yang gelisah...

Semua yang ada didepan kita akan berubah
Yah,,,akan berubah semuanya,
kecuali perubahan itu sendiri.
Perubahan adalah benda netral
Tergantung ditangan siapa dia berada
Skala perubahannya bisa kecil, sedang ataupun besar
Pengaruhnya bisa singkat terlupakan
atau lama yang membekas
Sekali lagi,,,semuanya itu tergantung
ditangan siapa perubahan itu berada

Perubahan selalu memiliki yang namanya “jadual perubahan”
Dan tidak semua orang bisa mengambil jadual perubahannya
Perubahan selalu membutuhkan orang-orangnya.
Ada orang-orang yang bersama dengannya
Mereka semuanya berjalan diatas waktu.
Siapakah orang yang dilirik oleh perubahan..?
Mereka adalah orang-orang yang sedang gelisah.
Tidak banyak memang orang seperti mereka
Namun mereka tetap ada ditengah komunitasnya.
Kegelisahan mereka lahir dari fitrah dan ilmu.
Semakin besar kadar kegelisahannya
Maka akan semakin dekat jaraknya dengan perubahan.

Apa yang mendorong Rasulullah SAW
Melakukan aktivitas unik “tahannuts” atau
Menyendiri diatas gua Hira. Apa yang mendorong
Beliau melakukannya selama hampir 5 tahun,
bolak balik dari rumah menuju Gua Hira bermalam disana?
Gelisah,,,,iya,, kegelisahanlah yang mendorong beliau melakukannya.
Gelisahnya beliau terhadap kenyataan masyarakatnya yang
Jauh dari nilai-nilai fitrah kebaikan, mereka menyembah berhala
Penindasan, mereka larut dalam kehidupan sosial yang amburadul
Beliau gelisah melihat itu semuanya.
Dari atas ketinggian gua hira, beliau menatap pasti dibawah sana
Masyarakat jahiliyyah kota Makkah.

Banyak laki-laki disana
Banyak anak muda disana
Banyak orang kuat disana
Banyak orang pintar disana
Banyak orang kaya disana
Namun sedikit orang yang gelisah
Sedikit orang yang meratapi keadaan
Sedikit orang yang melihat ada jarak terbentang
antara realitas kehidupan dan idealitas kehidupan.
Ditengah masyarakat Arab Jahiliyyah
hanya ada seorang Muhammad bin Abdullah
Adalah seorang lelaki yang terpilih untuk memperbaiki
Keadaan masyarakatnya.
Karena sebuah kegelisahan yang tinggi dalam dirinya.
Kini perubahan telah menemukan orangnya,
Orang yang layak memikulnya yaitu Nabi Muhammad SAW .

Maka mari kita mengukur sejauhmana
Barang kegelisahan itu ada dirongga hati kita,
Dimana dia kita tempatkan dalam jiwa kita.
Bergelisahlah sebagaimana gelisahnya Rasulullah SAW.
Karena kegelisahan adalah rahim perubahan.
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh
Malik bin Nabi “alhumuum bidayati kulli syaiin harokah”
“kegelisahan adalah awal dari semua pergerakan”.
Selamat bergelisah.



Balikpapan,
Gang Depag

Karena sebuah kegelisahan

Rabu, 18 Maret 2009

"Beginilah para mujahid bermimpi"

Beginilah para mujahid bermimpi

Jika ada orang yang sangat berambisi meraih cita-citanya, itulah para mujahid.
Cita-cita mereka besar. Yah,,,sebesar jiwa-jiwa mereka.
Mereka bekerja untuk mimpi-mimpi besarnya. Mimpi yang lahir dari rahim iman.
Mereka adalah “para pemimpi”,
Namun mereka bisa menjembatani mimpinya menjadi kenyataan.
Azam yang kuat adalah “Jembatan mimpi” yang mereka bangun
untuk mengubah mempinya menjadi kenyataan, merubah sesuatu yang mereka pikirkan
menjadi sesuatu yang mereka rasakan.
semua ‘amal mereka seberat apapun, mampu berjalan diatas “jembatan mimpi” ,
karena pondasinya terbuat dari campuran pemahaman & keikhlasan.

Cita-cita mereka telah menguras semua yang ada dalam dirinya,,,
Bagi mereka, tidak ada keringat yang menetes dari tubuhnya, walaupun hanya setetes
Kecuali itu dalam rangka meraih mimpinya.
Mimpi mereka dapat dibaca oleh siapapun , itu dapat dilihat dari raut wajahnya,
Dari pikiran-pikiran yang keluar dari kepalanya dan dari perbuatan yang keluar dari badannya.
Mereka adalah orang yang tidak tidur seluas kelopak matanya, tidaklah makan seluas mulutnya
Dan tidaklah ketawa seluas bibirnya.
Kaki mereka kokoh menapaktilasi jalan cita-citanya
Waktu-waktu mereka sangat efektif & berkualitas
Pandangannya jauh kedepan, dan tidak mau disibukkan dengan
Ocehan-ocehan orang dipinggir jalan .

Mereka tidak pernah merasa puas dengan kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan.
Karena itu musuh yang utama bagi mereka adalah “merasa puas” dalam beramal.
Jika kalian bertanya kepadanya, mengapa kalian tidak pernah merasa puas !?
Maka mereka menjawab, “ karena , kami tidak tahu kebaikan kami yang manakah akan mengantarkan
Kami menuju surga”.Mereka sadar…bahwa surga terlalu luas untuk menampung kebaikan-kebaikan
mereka, yah…seluas ketidakterbatasan mereka dalam beramal saleh.
Mereka bukan tipe orang spekulatif dalam kebaikan, bagi mereka menanam saham kebaikan
Disemua proyek “amal-amal surga” diatas bumi ini. sadar bahwa kebaikan mereka belum layak untuk mengetuk pintu Syurga.

Balikpapan,jelang dhuhur
Gang Depag, “kegelisahan disaat bermimpi”