napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Jumat, 28 November 2008

Melihat Kasih Sayang Rasulullah SAW



Drg.Syukri Wahid


“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan & keselamatan) bagimu, amat belas asihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”
(at taubah : 128)

Menjelang tanggal 14 Februari memang sebagian besar para remaja dan anak muda di dunia tidak terkecuali di Indonesia sedang dilanda wabah “penyakit merah jambu”, yah... sebuah penyakit yang datang menjelang hari Valentine, mereka menyebutnya dengan hari kasih sayang. Fenomena tersebut adalah sebuah gambaran suramnya potret para remaja kita saat ini, dan sebagian besar yang menyiapkan diri dan merayakannya adalah para generasi muda Islam kita, selera mereka belum sejalan dengan Islam. Tanpa sadar mereka telah menghidupkan syiar yang tidak berdasar dalam literatur ajaran Islam dan yang kedua mereka sedang mengambil contoh tauladan dari orang selain al qudwah Rasulillah SAW.
Jika kita ingin membandingkan makna cinta dan kasih sayang Nabi SAW yang diajarkan oleh beliau, adalah cinta yang bagaikan sinaran mentari yang memberikan gelora pada bunga & tumbuhan, dan sekaligus cinta beliau bagaikan siraman air yang memberikan kesejukan pada bunga. Yah, itulah ..cinta beliau, cinta yang menumbuh kembangkan sekaligus cinta yang melindungi dan menjaga kefitrahan. Begitu amat sangat cinta beliau kepada da’wah & ummatnya, sehingga beliau telah mewakafkan seluruh hidup dan matinya untuk da’wah dan ummat, disaat sakratul maut ucapan terakhir yang keluar dari lisan beliau meurut hadits ’Aisyah adalah beliau mengucapkan ummatii, ummatii, ummatii (ummatku 3 kali) mungkin inilah yang membuat Nabi Musa as cemburu ketika Isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, beliau berkata,” aku cemburu, karena setelah diriku ada seorang Nabi yang lebih mencintai ummatnya dan ummatnya paling banyak masuk kedalam surga dibandingkan dengan ummatku”.
Semua kehidupan beliau senantiasa ditabur dengan rasa cinta (mahabbah), sehingga siapapun yang berinteraksi dengan beliau akan dapat meresapi aura cinta tersebut, pada tulisan singkat ini saya menyebutkan beberapa rasa cinta beliau dalam interaksi kehidupan.
a. Cinta & Kasih sayang seorang Suami, Ayah dan kakek
Orang yang mungkin mendapatkan langsung cinta Nabi Muhammad SAW adalah anggota keluarga beliau. Beliau adalah sosok seorang suami, ayah dan kakek yang paling sukses, bagaimana peran-peran cinta tersebut terdistribusi dengan proposional oleh seluruh anggota keluarganya. Istri beliau yang bernama Khadijah binti khuwailid yang paling bersyukur karena menemani bahtera rumah tangga Rasul selama 25 tahun, yah.. setara dengan ”:pernikahan perak” kalau kita, namun kualitasnya berlian. Betapa cintanya Nabi kepada khadijah dapat dilihat dari sebuah catatan siroh ar rahiiqul makhtum, ketika itu khadijah telah wafat, dan khadijah memiliki saudara perempuan yang mirip dengannya, suatu hari saudara khadijah ini datang ke rumah Rasul, dan ketika itu beliau sedang bersantai bersama ’Aisyah, ketika mendengar bunyi slop sepatu saudaranya khadijah, beliau langsung berdiri dan langsung mengingat khadijah yang cara jalannya mirip dengan saudaranya tersebut”, saya tidak tahu apa kita sekarang dapat mendeteksi istri kita dari bunyi sepatunya? dan dapat juga kita lihat betapa beliau sering memberikan infak dan sedekah bagi keluarga-keluarga khadijah setelah wafatnya khadijah.
Semua istri beliau pernah ”berdemo” dihadapan Beliau, apa pasal? Ternyata masalah cinta para pembaca sekalian, semua istri beliau merasa yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad SAW, jadi ini masalah klaim siapa yang paling dicintai oleh Nabi diantara kita?, saya tidak yakin sejarah yang satu ini akan kembali terulang,namun coba anda perhatikan bagaimana beliau menyelesaikannya, beliau menyuruh semua istrinya kembali ke bilik rumah masing-masing, dan mengatakan kepada mereka nanti 3 hari lagi saya umumkan siapa yang paling saya cintai diantara kalian?. Karena ini masa “seleksi” semua istri beliau menampilkan penampilan yang paling aduhai. Nabi satu persatu mendatangi mereka dan berbicara sangat lembut, dan mengatakan,” wahai istriku, kepadamu kuberikan sebuah cincin dan tolong jangan sekali-kali engkau bicarakan pemberianku ini kepada istriku yang lainna”, istri beliau tentu pede saat itu, namun bukan Hafsah saja yang dibuat begitu, semua istri beliau mendapat perlakuan hal yang sama, dan tibalah hari pengumuman, beliau mengumumkan dihadapan isteri-isterinya,”yang paling aku cinta diantara kalian adalah yang kuberikan cincin”, bagaimana bayangan anda semua, yah..isteri-isteri Nabi diam menyembunyikan seyum sipu kegembiraan dihati mereka masing-masing, mereka tidak tahu kalau ternyata Nabi mampu mendistribusikan cintanya 100% kesemua isterinya.
Terhadap anak-anak dan cucu beliau, kasih cintanya tiada tandingannya, ketika anak laki-laki beliau yang bernama Qasim meninggal beliau menangis tersedu-sedu sebagai perlambang betapa belahan hatinya sangat dicintainya, dan ada yang menegur beliau dengan menangis seperti itu, dan beliau mencela orang yang menegur beliau. Beliau suka main bersama cucu-cucunya bahkan di dalak sholat sekalipun beliau membiarkan cucunya tersebut untuk menikmati bermainnya.
Ada sahabat yang memiliki banyak anak, dan ketika sahabat ini melihat Nabi mencium pipi cucu beliau Hasan dan Husain, sahabat ini mengatakan, ”Ya..Rasulallah, aku memiliki banyak anak, namun aku belum pernah mencium mereka sekalipun”. Apa reaksi Nabi, beliau memerah wajahnya, dan menegur sahabat yang satu ini dengan kalimat, ”barang siapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah tidak akan sayang kepadanya”, sejak itu sahabat ini menjadi orang yang selalu mencium dan menyayangi anak-anaknya.

b. Cinta & kasih sayang sebagai Da’i
Ayat diatas sudah cukup jelas dan tegas bahwa jalan hidup da’wah beliau berdiri diatas prinsip cinta dan kasih sayang, beliau sadar kehadirannya dibumi ini bukan saja untuk manusia namun juga untuk menjadi ”rahmat bagi seluruh alam”. Aura pesona cinta dan kasih sayang terpancar dari wajah beliau, senyumnya, sapanya, diamnya dan marahnya semua adalah cinta, semuanya adalah kasih sayang. Ditengah penderitaannya sebagai Nabipun tetap sayang kepada ”lawan-lawannya”.
Saya ingin menceritakan bagaimana gambaran cintanya beliau kepada ummat, walaupun beliau mendapatkan tekanan fidsik dan mental, yaitu pada saat beliau hijrah ke kota thaif bersama Zaid bin hariitsah untuk berda’wah dan meminta perlindungan bani tsaqiifah pada tahun ke Sepuluh kenabian. Selama sepuluh hari disana berda’wah menemui petinggi bani tsaqifah dan para tokoh-tokohnya, namun semuanya menolak bahkan yang paling menyedihkan beliau dilempar batu oleh penduduk thaif, darah mengucur segar dari kepala hingga kaki beliau. Ketika beliau berhenti disebuah tempat antara makkah dan thaif, datanglah malaikat Jibril membawa malaikat penjaga bukit, seraya berkata, ” Wahai Muhammad jika engkau mau, maka aku akan menimpakan dua bukit ini kepada penduduk kota thaif ?” Apa gerangan jawaban beliau, ketika ada fasilitas pamungkas seperti ini, hampir semua Nabi terdahulu ketika sudah di tolak mentah-mentah kaumnya dan ketika ada tawaran ”fasilitas” seperti itu maka diambil semuanya, namun jawaban Nabi SAW,” Tidak, jangan sesungguhnya mereka lakukan itu semuanya karena tidak mengetahui siapa sebenarnya diriku, sungguh aku sangat berharap kelak dari keturunan mereka nanti ada yang mengucapkan kalimat syahadat”.
Jumlah sahabat yang berinteraksi dengan beliau menurut imam ibnul qayyim ada sekitar 120 ribu orang, tentu dengan berbagai level derajat sahabat yang beragam, tidaklah sama sahabat yang as saabiqunal awwalun dengan at tulaqaa (masuk ketika fathuh makkah), semua sahabat merasa yang paling dicintai oleh Nabi, pernah Muadz bin Jabal ra memberanikan diri untuk bertanya kepada Nabi ,” man uhibbuuka ilaika ya Rasulallah ? siapa orang yang paling engkau cintai wahai Rasul? Pertanyaan ini lahir karena setiap kali Rasul memberikan ceramahnya, seolah-olah kata Muadz pandangan Nabi dan perkataan nahi hanya untuk diriku. Jadi cinta Nabi mengalir ke hati-hati sahabatnya, cinta beliau tertampat dipelabuhan jiwa sahabat-sahabats semuanya.
Ketika Nabi marahpun itu adalah bagian dari cinta, Kaab bin Malik tidak ikut perang karena lalai, ketika beliau jujur dihadapan Nabi dan terus terang mengatakan tidak ada alasan bagiku untuk tidak berangkat, maka Nabi mengatakan,”keluarlah engkau kaab, tunggu sampai Allah memutuskan perkara bagimu”, Dua sahabat lainnya menangis terus-menerus karen tidak tahan di isolasi, namun kaab tetap sholat di Masjid, beliau bercerita ,”ketika aku sholat, aku memperhatikan bahwa pandangan Nabi menuju kearahku, begitu setelah aku sholat, maka aku melihat Nabi, namun Nabi langsung memalingkan wajahnya dariku”. Marahnya Nabi adalah potongan cinta yang diberikan kepada sahabat, tiada marah nabi yang membekas menjadi luka, tiada kata beliau yang menggores dinding jiwa sahabat. Itulah sang pencinta sejati, jadi kenapa harus valentine.

Pengorbanan


,KETAATAN & KETUNDUKAN TOTAL
HAMBA KEPADA ALLAH SWT
( Sebuah reflkasi hikmah kisah Nabi Ibrahim as & Ismail as )
drg.Syukri Wahid





Setiap kali kita memasuki hari Iedul Adha maka seketika itu pula pikiran kita melayang jauh kebelakang mengenang potongan sejarah sekitar 5000 tahun yg lalu, yaitu kisah keteladanan seorang Hamba Allah Nabi Ibrahim as & keluarganya. Ibadah Haji yang dilakukan oleh kaum Muslimin hari ini pada hakikatnya merekonstruksi kejadian yang dialami oleh keluarga Ibrahim as.
Kisah Ibrahim as & keluarganya oleh Allah SWT dijadikan sebagai contoh tauladan bagi Rasulullah SAW & kita Ummatnya, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-mumtahanah : 4 ; ( “Sungguh, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim & orang-orang yang bersamanyam). Maka tidak heran jika dalam doa Tasyahud Sholat kita, nama beliau kita sebut selain menyebut nama Nabi Muhammad SAW. Sehingga didalam Al-qur’an cerita tentang Nabi Ibrahim as terdapat di 14 surat, bahkan secara khusus ada satu surat bernama Ibrahim,
Kisah keteladanan tersebut didalam Al-quran secara gamblang Allah sampaikan dalam surat As-saffat : 99-111 & surat Ibrahim : 37. kita tidak akan pernah menceritakan beliau kecuali kita hanya mendapi beliau sebagai perintis jalan Tauhid & bapak pengorbanan , hingga Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dlm surat Ali Imran ; 95 : “ katakan (Muhammad), “benarlah (segala apa yg difirmankan) Allah, Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus & dia tidak termasuk orang yang Musyrik”.

Beberapa Hikmah yang bisa kita petik dalam peristiwa tersebut
a. Ketika Ibrahim meninggalkan hajar & Ismail disuatu lembah yang tandus & tidak ada pepohonan, beliau berdo’a kepada Allah ( ibrahim;37 :..Ya Tuhan, sungguhnya Aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku dilembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yg dihormati. Ya Tuhan, agar mereka dapat mendirikan Salat, & jadukanlah hati sebagian manusia condong kepadanya & berilah mereka Rezki dari buah-buahan agar mereka bersukur.)
Inilah bukti bahwa kekuatan Orientasi keyakinan kepada Allah begitu kuat sehingga mengalahkan permintaan yang berbau materi ( makanan ), adalah wajar kalau dalam kondisi yg sangat gersang itu Nabi Ibrahim meminta doa yg paling pertama adalah permintaan makanan, tapi justru yang beliau minta agar mereka dapat menegakkan salat, bukti beliau lebih khawatir kalau keluarganya sudah tidak salat daripada tidak punya makanan & harta . Kehadiran mereka ditempat itu memberikan pengaruh sosial yang baik, karena beliau tidak menempatkan keluarganya disembarang lingkungan, tapi beliau menempatkan dekat Baitullah, Jadilah keluarganya sebagai “magnet kebaikan” sehingga ketandusan & kegersangan lokasi itu bermuara kepada kemakmuran. Coba lihatlah Negeri kita Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA & kesuburan tanahnya, tetapi keterpurukan & kemiskinan melanda kita, tapi uniknya Negara kita berprestasi dalam Korupsinya memang tidak ada satupun ayat dalam Al-quran yang menghubungkan antara kesuburan dengan kemakmuran, antara kesuburan dengan kesejahteraan, artinya negeri yang subur tidak otomatis menjadi makmur, bahkan sebaliknya kesuburan suatu negeri jika tidak disukuri akan menjadi malapetaka, An-nahl :112, “ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) suatu negeri yg dahulunya aman lagi tentram, Rezeki dating kepadanya berlimpah ruah dari segenap tempat, Tetapi (penduduknya) mengingkari Nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana Kelaparan & ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat”.

Setelah meninggalkan dalam waktu yg lama Ibrahim as datang untuk menjenguk keluarganya, sebuah kerinduan yang amat sangat tentunya, tetapi ditengah kerinduannya kepada isteri & anak semata wayangnya, Allah kembali menguji keimanannya, apakah kecintaannya kepada harta yg paling berharga yang dimiliki yaitu putranya mengalahkan kecintaannya kepada Allah. Surat as-saffat :102 : maka ketika anakm itu telah sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata : Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi, melihat menyembelih dirimu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Diluar dugaan jawaban yang sangat takjub dari Ismail as, seraya mengatakan, “Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang bersabar.

Inilah gambaran, baik ayah maupun anak telah membuktikan kecintaan kepada Allah yang paling dalam, mereka sanggup meninggalkan cinta yang semu kepada cinta yang hakiki, mengorbankan apa yang ada dimiliknya
Sepertinya sulit kita mendapatkan struktur keluarga seperti ini ditengah arus Modernisasi, mungkin ada sang anak yang menghabiskan waktunya untuk bermain play station sampai lupa waktu salat & mengaji, atau ada seorang istri yg berat membangunkan suaminya yang kelelahan bekerja hingga tidak salat ashar, atau mungkin juga ada para suami yang tidak menegur istrinya menghabiskan waktu magribnya karena asyik nonton sinetron kesayangannya, Bagaimana mungkin kita bisa mengorbankan yang terbaik untuk Allah kalau hati kita masih berat ke Dunia.

Ketika proses penyembelihan itu akan dilaksanakan, ada permintaan ismail kepada ayahnya, Wahai ayahku, sebelum engkau menyembelihku aku minta 4 hal
Ikatlah tubuhku dengan tali kuat-kuat, agar ketika engkau menyembelihku aku tidak berontak yg justru menghambatmu
Bukalah pakaianku, agar darahku tidak mengotorimu yg membuat pahalaku berkurang
Tajamkanlah parangmu & dipercepat kematianku, agar aku tidak lama menahan sakit
sampaikan salamku pada ibuku, dan berikanlah bajuku agar sewaktu-waktu dia rindu kepadaku dia bisa melihat bajuku
dalam Surat as-saffat : 103 : “ ketika, keduanya telah berserah diri & dia Ibrahim membaringkan anaknya diatas pelipisnya, Lalu Allah memanggil, ya Ibrahim. Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu, sungguh demikinalah kami memberi balasan bagi orang-orang yang berbuat baik”., lantas Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing yang gemuk.
· Hikmah digantinya Ismail as dengan seekor kambing gemuk, memberikan isyarat kepada kita bahwa Allah SWT tidak ingin seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya harus mengorbankan orang lain apalagi sampai adanya darah yang tumpah. Allah ingin mengatakan kepada kita jangan kalian mengatasnamakan beribadah kepada-Ku dengan cara mengorbankan orang lain, Allah tidak ingin dikotori perbuatan-perbuatan seperti itu, tetapi mengapa manusia sekarang begitu gampang mengorbankan satu ismail. Dua, sepuluh, ratusan bahkan mungkin ribuan ismail untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

"Mengapa Zakat"


Mengapa Zakat..?
(sebuah tinjauan sejarah mengapa Allah SWT mewajibkan Zakat)
drg.Syukri Whaid, ketua DPD PKS Balikpapan



Zakat tidak dapat dipisahkan dari Islam itu sendiri, dia adalah bagian dari prinsip bangunan ajaran Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “bunniyatul islaam ‘alal khamsin…”, Islam itu dibangun diatas 5 perkara, satu diantaranya adalah menunaikan zakat. Allah SWT menyebut kalimat zakat dikurang lebih 30 tempat dan 26 diantaranya disebut bergandengan dengan perintah shaolat. Tidaklah mengherankan ketika Abu bakar siddiq menjadi khalifah sepeninggalan Rasulullah SAW, beliau memerangi seorang muslim yang tidak mengeluarkan zakat.
Perintah Zakat pertama kali diwajibkan dari Allah SWT ditandai turunnya firman-Nya dalam surat at taubah ayat:60 pada tahun ke 2 Hijriah di kota Madinah, setelah perintah ijin berjihad dan puasa ramadhan. Sehingga dalam silsilah rukun Islam perintah berzakat berada dalam urutan ke-4. Perintah Syahadatain atau dua kalimat syahadat sejak awal beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul, sedangkan perintah Sholat sejak turunnya surat al muzammil, juga diawal keNabian beliau, kemudian pada saat Isra Mi’raj adalah penyempurnaan perintah sholat pada 5 waktu saja, perintah berpuasa ramadhan turun pada tahun 2 Hijriah, baru zakat dan setelah itu perintah menunaikan Haji tahun 9 Hijriah. Runtutan turunnya kewajiban ini tentunya memiliki beberapa hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil.

Filosofi Ayat
Dalam kaidah asbabul nuzul (sebab-sebab diturunkannya ayat) ada yang disebut turun karena sebuah sebab atau istilah ’ulumul qur’annya nuzul bis syabaab , maka ayat tentang zakat turun dikarenakan sebuah sebab pada saat itu. Sebuah ketetapan hukum syara’ pun demikian akan ditetapkan karena ada sebab-sebab khusus, ada ’illat (sebab-sebab diterapkannya sebuah hukum), jika ’illat hukum ini tidak ada maka tidak ada penerapan hukum tersebut, sebagai contoh, menjama’ dan mengqashar sholat hanya dilakukan jika ’illat hukumnya adalah melakukan safar atau perjalanan, jika tidak melakukan safar otomatis tidak bisa dilakukan jama’ dan qashar
Ayat yang mewajibakannya zakat terdapat dalam surat at taubah,” khudzmin amwaalihim shadaqatan an tuthohhirum wa tuzakkihim bihaa”, artinya ambilah zakat dari harta-harta mereka, agar dapat membersihkan dan mensucikannya. Siapa saja yang boleh ”diambil” hartanya, siapa yang ”mengambil”, kriteria dan syarat-syaratnya dapat terlihat dari sejarah turunnya, juga termasuk dalam filosofi ayat ini adalah proaktif mengambil, bukan pasif menunggu.

Hubungan ayat & realitas
Ayat ini diturunkan dimadinah, karena itu tidak bisa kita lepaskan dari realitas para sahabat pada waktu tahun 2 Hijriah pada saat itu. Filosofi dari zakat hanya terkhusus pada orang yang ”berlebih” dan ”memiliki”, atau dalam istilah zakat melebihi nishab dan cukup 1 tahun memilikinya, maka dia wajib dikenakkan zakat. Pada saat itu sudah banyak kaum muslimin yang telah memiliki harta diatas nishab, maka turunlah perintah zakat.
Kota madinah adalah kota dengan penduduk heterogen baik ras dan agama, sebagian besar mereka adalah masyarakat agraris (bertani), mereka bertani kurma dan gandum yang menjadi makanan pokok masyarakat madinah. Sebelum ada institusi Islam dalam bentuk Negara dibawah pemerintahan langsung Rasulullah, madinah adalah kota yang kurang produktif dan ekonomis, sebagai bukti madinah bukanlah kota tujuan dagang, melainkan adalah kota transit para pedagang menuju syam atau damaskus pada saat itu. Pasar sebagai tempat berputarnya uang dikuasai oleh minoritas yahudi, contoh pasar bani qainuqa adalah satu-satunya pasar dipusat kota madinah. Yahudi dengan kekuasaannya menetapkan hukum pasar yang merugikan masyarakat madinah, sistim riba, sistim sewa gadai dan tengkulak dimana semua petani mulai modal dipinjamkan oleh yahudi dan pada akhirnya hasil panenpun dibeli oleh yahudi, sehingga petani ”tidak bisa kaya” saat itu.

Hijrah & kebangkitan Ekonomi
Ketika Hijrah, dimana kaum Muhajirin dari Makkah pindah ke Madinah, sebagian besar mereka adalah para sahabat yang ”ahli dagang dan bisnis”. Sehingga dalam kacamata ekonomi hijrah dapat memberikan dampak nilai ekonomis, dimana bertemunya ”petani” sahabat madinah dan ”pedagang” sahabat Makkah. Proyek persaudaraan anshar dan muhajirin oleh Nabi SAW mampu menggairahkan aktivitas ekonomi di Madinah.
Hanya dalam waktu satu bulan Nabi menetap di Madinah, beliau menyuruh sahabat muhajirin untuk mendirikan pasar sendiri, sehingga sejak itu uang tidak lagi beredar hanya dikalangan pasar yahudi. Adanya pasar kaum muslimin tentunya berimplikasi terhadap aktivitas ekonomi ummat, dimana produk para petani dapat langsung dijual dipasar tanpa ada hambatan sistim yang merugikan mereka, bahkan, Nabi melarang jika ada pedagang yang menjual sebelum masuk pasar. Pendek kata mulailah ekonomi ummat bergairah dan salah satu indikatornya adalah harta mereka telah ”berkembang” .
Semua produk industri hulu banyak dihasilkan oleh sahabat Ansar, namun mereka tidak cukup handal untuk memasarkan barang tersebut ke pasar lokal maupun regional pada saat itu. Hijrah menjawab masalah itu, karena sahabat muhajirin quraisy adalah para ”marketer” yang handal, pengalaman berdagang dipasar lokal maupun regional lintas Negara sudah diakui, Allah SWT sendiri menceritakan tabiat bisnis mereka dalam al quran pada surat al Quraisy, ”Ilaa fihim rihlatass syitaa’i wa shaiif”.
Pada tahun 5 H setelah perang bani quraizah, perang terhadap kaum yahudi yang berkhianat. Perang ini menghasilkan harta rampasan yang banyak, maka mulaialah Allah juga mengatur alur distribusi harta agar merata disemua kalangan. Turunlah surat al Hasyr dimana Allah SWT berfirman ,” kaila yakuuna duulatam bainal aghniyaai minhum...”, artinya ”agar jangan harta itu cuma beredar dikalangan orang yang kaya diantara kalian”. Oleh sebab itu Rasulullah membagi harta tersebut sebagai modal para fuqara. Maka dari sini juga lahir sebuah prinsip ekonomi yaitu mengenai distribusi.

Maka ambillah...
Salah satu alasan sederhana mengapa dalam harta kita perlu dikeluarkan dalam bentuk zakat, karena dalam harta kita tersebut semuanya milik Allah SWT, Dialah yang memiliki saham penuh pada harta kita, sebagaimana Allah berfirman,”Huwalladzii kholaqolakum maa fil ardhi jamii’an..” .Dialah Allah yang telah menciptakan semua yang ada dibumi ini untuk kalian, Dialah yang menundukkan semua yang ada dibumi ini agar kita dapat memanfaatkannya sebagai khalifah, dan output sederhananya adalah harta yang kita miliki.
Zakat yang dikeluarkan sahabat pada waktu itu meliputi, zakat harta, fitrah, pertanian & perkebunan, hewan ternak, rikaz (barang temuan) & hadiah dengan kisaran pesentase berbeda-beda. Jika ada sahabat yang telah memiliki harta dengan cukup haulnya melebihi 85 gr emas, maka mereka mengeluarkan 2,5%, kalau kita coba konversikan dengan mata uang rupiah, para sahabat rata-rata telah memiliki harta diatas 14 juta pada saat itu. Kalau ada sahabat yang panen kebunnya baik gandum atau kurma, jika total jumlah panennya melebihi 520 kg, maka juga dikeluarkan, kira-kira berapa hektar luas kebun sahabat pada waktu itu.
Sehingga jangan perlu takut ketika harta kita berkurang karena zakat, tapi justru menurut Allah justru akan berkembang dan bahkan dapat mensucikan jiwa kita. Harta filosifinya adalah ”memiliki”, namun rezeki filosofinya adalah ”menikmati”, karena tidak semua yang kita miliki akan kita nikmati, harta yang kita zakat dan infakkan itulah yang menjadi rezeki kita, dan ingat ketika zakat baru kita keluarkan kita belum dianggap orang yang ”dermawan”, karena yang baru kita keluarkan adalah ”hak orang lain” dalam harta kita, namun jika kita sudah melebarkan kewilayah infak dan sedekah, nah itulah wilayah kedermawanan.