napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Rabu, 29 April 2009

"Aku mau jualan kepasar,,,untuk menafkahi keluargaku"

Pagi itu, buru-buru Abu bakar ra
Keluar dari rumahnya, sambil membawa
Beberapa potongan kain yang akan
Dibawanya ke pasar untuk dijual saat itu.
Sepintas hal yang dilakukannya
Tidak ada yang aneh, itu layak
Dilakukan oleh siapa saja…
Namun,,,,
Itu menjadi “aneh” dimata beberapa sahabat
Terutama Umar bin khattab ra
Apa masalahnya…?
Ternyata, ini masalah mendasar bagi umar
Karena baru saja kemarin
Usai sholat jum’at dimasjid Nabawi
Abu bakar diambil sumpahnya
Untuk menjadi Khalifah pertama Rasulillah SAW

Sebuah amanah besar sudah diamanahkan
Dipundak beliau, untuk melanjutkan
Fungsi dan tugas kepemimpinan Agama dan Negara
Sepeninggalan Rasulullah SAW
Dan itu sudah jelas akan menyita semua
Waktu dan tenaga seorang Abu bakar ra.
Karena itu adalah “suksesi” pertama
Dalam sejarah pemerintahan Islam,
Maka itu merupakan “masa transisi”,
Dalam sejarah bernegara kaum muslimin.

Umar bin Khattab ra, berjumpa dengan khalifah
Tanpa sengaja di depan kepintu pasar,,,,
Dengan nada bertanya, beliau mengatakan :
“ wahai, khalifah Rasulillah
Apa yang engkau lakukan dengan
Kain-kain itu..?”
Dengan santai, Khalifah Abu bakar berkata :
“wahai umar,dirumahku ada beberapa tanggunganku
Yang harus kuberi makan setiap harinya, dan saya harus berjualan hari ini agar bisa mendapatkan uang Untuk menafkahi mereka”.

Perasaan sedih muncul dalam diri Umar
karena rasa cintanya terhadap diri Abu bakar
“Pulanglah,,wahai khalifah dan uruslah ummatmu”

Bagi Umar,,ini adalah masalah harus segera diselesaikan
Ini bukan hanya masalah “administrasi Negara”, namun
Juga masalah “fokus kerja dan harga diri seorang khalifah”
Segera beliau membentuk tim yanglangsung beliau pimpin
Dan segera mendatangi rumah Abu bakar,
Ternyata ada hal yang luput mereka
Pikirkan, setelah “menyelesaikan pengangkatan Khalifah”
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, yaitu “gaji seorang khalifah”.

Pertanyaan tanpa sungkan dan ragu kemudian keluar dari
Sahabat Umar bin Khattab ra:
“berapa kebutuhan keluargamu wahai Khalifah Rasulillah ..?”
Kemudian Abu bakar, menjawab :
“Sehari pengeluaranku sebesar harga 1/4 ekor kambing”

Sejak itu, baitul maal menetapkan gaji untuk beliau
Agar bisa konsentrasi sepenuhnya untuk ummat dan
Tidak lagi disibukkan untuk keperluan dapur rumah tangganya.
Gaji itu bukan untuk dialokasikan untuk “keperluan tambahan”,
Sang khalifah , namun ternyata untuk menjaga kestabilan
“keperluan dasar”.

Khalifahnya adalah orang yang ‘Iffahnya sangat tinggi
Pantang “meminta uang” atas kompensasi status jabatannya dan
Dan disana juga ada tipe pendamping dari kalangan
Pengambil kebijakan yang “sensitif” membaca semua
Ruang kehidupan yang tak terlihat dalam pergaulan
Sampai kemasalah “dapur” rumah tangga sang khalifah.

Alangkah indahnya jika kita bergaul dan mengelola
Kehidupan berjama’ah ini dengan “manusia-manusia” yang
Memiliki ketinggian ‘Iffah dan kedalaman rasa simpati.
Dua kutub yang akan bertemu, jika dirajut dengan kebenaran iman


Balikpapan, gang Depag

Gelisah, teringat sebait nasyid,”…ambilah dia sebatas yang engkau perlukan”

Piala Kemenangan...

Barisan pasukan itu, kini
Pulang kembali ke Madinah
Jalannya melemah
Wajahnya tertunduk
Luka-luka masih membasah
Aroma kekalahan tercium
Sepanjang perjalanan mereka
700 pasukan uhud baru saja
Menguburkan para syuhada
Yang gugur dalam perang tersebut

“Bukankah kita beriman kepada Allah
“dan mereka adalah penyembah berhala”
“Kenapa mereka yang menang !!!
Setidaknya itu segundah pernyataan yang keluar
Dari beberapa sahabat kepada sang pemimpin,Rasulullah SAW.
Bahwa mereka tidak percaya dengan apa yang sedang mereka alami
Bahwa “nostalgia kemenangan diperang badar” tidak lagi terulang
Diperang uhud kali itu.
Sulit….memang sulit menerima kenyataan itu

Benar dan salah
al haq dan al bathil, itu adalah wilayah nilai,
namun…
menang dan kalah
kekuatan dan kelemahan, itu adalah wilayah manajerial
Karena itulah,,,,
Bukan semata-mata karena kita benar maka kita akan jadi kuat
Bukan karena kita adalah barisan “al haq” maka kita menjadi pemenangnya
Dan sebaliknya bukan karena “mereka” yang bathil maka otomatis akan kalah begitu saja
Itu dua wilayah yang berbeda.
Mungkin itulah yang pernah dikatakan oleh imam Ali ra
Bahwa,”kemenangan yang tidak dikelola dengan baik
Akan dikalahkan oleh kebatilan yang dikelola dengan baik”.
Jadi……..
Kita cuma diminta untuk mempertemukan
Antara kebenaran dengan kekuatan
Antara al haq dengan kemenangan

Kalaupun orang-orang benar itu “kalah”
Itu hanyalah belum “jadual” mereka untuk menang
Jika ditanya,,mengapa mereka “gagal”??
Karena mungkin juga masih ada “syarat-syarat untuk menang” yang belum lengkap
Menyertai perjuangan “nilai” mereka.
Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan sekitar
80 ayat lebih dalam surat ali imran untuk
Menjelaskan ulang arti sebuah perjuangan
Kepada pasukan Uhud kala itu.
Allah SWT sedang menghibur duka-duka mereka :

“Walaa tahinuu wala tahzanuu, wa antumul a’launa inkuntum mu’miniin”
Dan janganlah kalian merasa lemah dan bersedih, dan kalianlah yang lebih tinggi karena beriman.

Saudaraku.,…hari ini
kita tidak menemukan alasan untuk bersedih
Apalagi merasa kalah…..
Kemenangan kita adalah karena keimanan kita.
Iman yang masih membara, menyemburat api da’wah
Iman yang menggelombang menjadi kekuatan cita
Iman yang meniup menjadi topan-topan kebaikan
Yang kelak akan menyingkirkan kebathilan.

Lihatlah…tidak ada yang hilang disekeliling kita
Kita masih beriman
Kita masih berukhuwah
Kita masih ber’amal
Seperti itulah sahabat,,,,walau kalah
Kota madinah tetap utuh ditangan mereka
Tidak ada yang menjadi tawanan perang musuh.
Ini belum giliran kita,,,,karena
Menang itu adalah piala bergilir
Yang akan senantiasa mencari “siapa yang layak”
Memegangnya……
Kita Cuma berusaha agar bisa menawan dihadapannya
Dan biarkanlah kelak, dia jatuh kepangkuan kita
Allah Akbar!!!
“kalau hari ini kalian mendapatkan luka (kalah) maka ingatlah juga
Bahwa musuh-musuhmu pernah juga mendapatkan luka (kalah) pada waktu yang lalu,
Demikianlah hari-hari (kemenangan & kekalahan) akan senantiasa Kami pergilirkan
Diantara manusia,……”

Balikpapan, gang Depag

Gelisah,”menatap hasil…”

Negarawan yang 'Alim

Masjid itu menjadi sesak
Oleh orang..
Sebagian besar mereka adalah
Para anak muda yang datang dari berbagai
Daerah untuk mencari ilmu pada
Sumber pertamanya langsung, kepada para
Sahabat rasulullah SAW yang masih hidup
Di kota Madinah.

Lingkaran-lingkaran majlis ilmu
Terhampar diseluruh masjid,
Jumlahnya tergantung siapa guru dari
Kalangan sahabat atau para tabi’in
yang mengajar saat itu.
Jumlah peserta menandakan juga
Kapasitas seorang “gurunya” saat itu.
Semakin banyak sampai berjubel menandakan
Ilmunya sangat dinanti-nantikan oleh
Para pencari ilmu.
Mereka rela menunggu lama, hanya
Demi menantikan “ilmu’ dari para guru saat itu.


Namun,,,
Tiba-tiba saja, para guru itu
Merubah posisi duduknya, tidak lagi mengahdapkan
Tubuhnya kehadapan murid-muridnya,
Kini mereka justru memberikan
Punggungnya kepada para murid-murid tersebut.
Posisinya jadi sama,,
Bersamaan dengan itu, masuklah,,,seorang pemuda
Yang tidak asing bagi mereka yang hidup di Madinah
Wajahnya teduh
Geraknya bersahaja
Namun tetap tidak bisa menutupi
“kedalaman pesona” dalam dirinya.

Usai dari sholat dua rakaat
Kini para guru itu mendekati pemuda itu
Dengan penuh keheranan para pendatang
Dari luar Madinah bertanya perlahan
Kepada “gurunya” tadi,
“Ada apa wahai syaikh??, kenapa engkau berpindah majlis?”
Dengan penuh kesantunan, guru itu menjawab :
“Kami memang di masjid ini adalah para guru yang
Mengajarkan kepada kalian tentang ilmu dari Rasulullah SAW,
Namun jika ada pemuda ini datang dalam majlis kami,
Maka kedudukan kami semua berubah menjadi murid dihadapan beliau “

Kini dihadapan mereka semuanya
Hadir seorang guru yang memberikan kepada
Mereka penyegaran iman dan ilmu,
Dibalik itu semuanya
Sang guru yang dalam ilmunya itu juga
Ternayata adalah seorang Khalifah agung Islam,
Yang saat itu, kekuasaannya sampai ke
Afrika dan Asia tengah
Yang dalam sejarah kepemimpinannya
Panitia ‘Amil zakatnya sampai kesulitan
Mencari orang yang layak diberikan harta zakat.
Madinah, Makkah,Mesir, Damaskus, Kuffah dan Bashrah
Tidak ada lagi yang menjadi “mustahik”.


Balikpapan, gang depag


Gelisah,”mungkinkah itu semua terjadi???!!”

Kamis, 16 April 2009

Jabatan...oh....jabatan


Bagi para prajurit-prajurit perang,
Tidak ada amanah dan Sekaligus
godaan yang paling berat menantang mereka
Kecuali menjadi seorang “panglima” perang.
Mungkin bagi seorang “prajurit karir”
Rangkaian prestasi perang demi perang
Adalah “anak tangga” yang satu demi Satu
Mereka susun untuk sampai kepuncaknya
Yaitu menjadi seorang Panglima.

Tahun 16 Hijriah,
Sepucuk surat sampai ketangan
Seorang Panglima besar Islam, Khalid ibnu Walid
Nama besarnya lahir dari rahim prestasi-prestasi
Heroik dilapangang tempur
tidak pernah mengalami kekalahan dalam
Setiap peperangan yang dipimpinnya
Ketika dia dalam keadaan muslim maupun dalam
Keadaan masih musyrik.
“kalah” adalah kosa kata yang tidak dia kenal
Dalam kamus kepribadiannya

“Jika surat ini telah sampai ke tanganmu, maka
Jabatannmu aku turunkan menjadi prajurit biasa
Dan segera kembali ke Madinah sekarang juga!”

Isi surat itu sangat singkat dan jelas dari khalifah Umar bin Khattab
Tidak ada logika ilmiah manajemen kepemimpinan
Yang bisa menjelaskan, kenapa justru dipuncak karir
Seseorang dalam menunaikan amanah, justru malah ia dicopot
dari jabatnnya.

Ketika Umar ra ditanya, apa yang mendorong
Sang khalifah mengganti panglima perang Khalid bin walid
Disaat Negara sedang butuh pertahanan miter yang kuat.
Khalifah tawadhu’ itu cuma memberikan jawaban :
“Aku justru ingin menyelamatkan dirinya dari kehancuran,
Diriku khawatir dengan prestasinya tersebut membuat
Banyak orang yang memujinya dan kelak bisa memujanya.
Kelak jabatannya akan memenjarakan dirinya
Sehingga dia bisa menjadi lupa diri dengan jabatannya.
Semoga Allah SWT merahmati dirinya”.

Masalah dan godaan
Adalah dua hal yang selalu datang kepada para pemimpin
Masalah datang dengan rentetan persoalan kecil sampai besar
Dia datang Menyerang akal cerdasnya
Apakah masalah itu jauh lebih cerdas dari akalnya
Sehingga masalah itu mampu menaklukkan pikiran-pikiran cerdasnya
Namun,,,,
Jabatan datang dengan sejuta rayuan manis dan indah
Dia berusaha menggoda dan mencuri hatinya
Apakah godaan harta dan tahta itu jauh menariknya meninggalkan “hati sehatnya”

Kalau dulu kita menerima amanah itu dengan “senyuman”
Kenapa kini ketika kita tinggalkan amanah itu dengan “tangisan”
Kalau dulu kita menerima jabatan itu dengan kalimat “selamat”
Kenapa kini kita tinggalkan jabatan itu dengan kalimat “kasihan”

Maka ada baiknya kita merenungi yang diucapkan
Oleh sang panglima yang baru melepaskan jabatannya
Setelah beberapa prajurit memprovokasinya untuk
Mempertanyakan apa alasan dia diturunkan…
“saya ini adalah mujahid, saya berperang dan bertempur
Bukan untuk Umar, namun saya berjuang di jalan Allah SWT
Untuk Tuhannya Umar bin Khattab,,,,
Saya menerima amanah itu dahulu dengan tangisan,,,,
Khawatir jika diriku tidak bisa amanah,,,dan kini aku lepaskan
Jabatanku dengan hati yang gembira,,,setidaknya bebanku
diakhirat akan berkurang,,,”.


Balikpapan,gang Depag


Gelisah,”lantas kenapa harus kita bersedih…?”

Rabu, 15 April 2009

"Jabatan...oh...jabatan?!"

Siang itu langit kota Madinah
Sangat cerah, birunya langit turut
Menjadi saksi pelantikan
Khalifah baru, Umar bin Abdul aziz.
Seorang nama yang terlukis indah
Dalam dinding sejarah manusia-manusia besar
Yang pernah hadir dipunggung bumi ini..

Setelah pengambilan sumpahnya,
Tubuh gagah itu segera beranjak
ayunan langkah kakinya segera
melangkah keluar menuju halaman masjid
“,,,dimana kendaraanku..?”
Pegawai kenegeraan keheranan, dan mengatakan :
“wahai…khalifah,, Ini adalah kendaraanmu..”
“bukan,,,bukan,,,bukan yang itu kendaraanku”
Sambil menatap didepannya ada seekor kuda hitam
Yang sangat terawat baik, mulus, kokoh, tegap, dan nyawan
Seekor kuda kelas satu terbaik dizamannya yang
Telah disediakan oleh negara

Dari sudut masjid, tampak seorang suruhan sang khalifah
Datang tergopoh-gopoh, seutas tali kekang dipegangnya
Sambil menuntun seekor himar atau keledai jantan
Berwarna hitam.
“Nah,,,ini adalah kendaraanku”
Sambil berguman dengan perkataan yang lembut
Dihadapan mereka yang hadir,
Lisan jujurnya mengatakan,
“tempatku dihati ummat bukan diukur dari sini…
(sambil menunjuk seekor kuda menawan tersebut)
Namun ditentukan sejauh mana aku mampu melayani mereka”
Sambil mengutip sabda Rasulullah SAW :
“Sayyidul qaum khadimuhum”
pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi mereka”

Balikpapan, gang Depag

Gelisah,”ada apa dengan jabatanmu,,wahai saudaraku???”

Selasa, 14 April 2009

Mengetuk pintu sejarah....

Wahai…. pintu sejarah
Kami tahu engkau adalah panggung waktu
Tempat dimana kami berdiri disana
Untuk sebuah peran peradaban

Wahai…. pintu sejarah
Kenapa dirimu terlalu pelit untuk menerima kami
Karena tidak semua orang bermain dipanggungmu
Bisa membuatmu “tersenyum” suka

Wahai…. pintu sejarah
Berapa “tangan” yang kau butuhkan
Untuk mengetuk pintumu
Berapa tenaga yang kau butuhkan
Agar engkau bisa mendengar ketukan
tangan-tangan peradaban kami

Wahai….pintu sejarah
Kami tahu ruanganmu terlalu sempit
Untuk menampung semua “orang” didalamnya
Pita rekamanmu terlalu pendek
Untuk menyanyikan semua lagu peradaban

Wahai….pintu sejarah
Kami juga tahu bahwa…..
Memorimu terlalu kecil untuk menyimpan semua nama orang
Yang pernah pentas diatas panggung waktumu
Karena memang itu adalah tanggung jawab moralmu
Kepada “sang sutradara” waktu.

Wahai…. pintu sejarah
Kini kami berdiri tepat didepan pintumu
Yang terlalu pelit kau buka untuk semua orang.
Ingin kuberitahu kepadamu!!!
Kini kau sedang berhadapan dengan
Orang-orang yang kau butuhkan.
Engkau yang membuatkan panggung
Maka kamilah pemain terbaikmu,
Kami lahir dari “rahim” peradaban
Yang kau butuhkan untuk mengisi ruang waktumu
Kami adalah “pemain-pemain” yang bisa
Kau handalkan, agar engkau bisa
Menceritakan kepada manusia-manusia
Setelah kami.
Karena dari atas panggungmu,,,engkau membutuhkan “tepukan” para penonton
Karena memang engkau menginginkan “selalu” agar panggungmu menjadi buah bibir sejarah
Karena memang engkau menginginkan agar panggungmu selalu dikunjungi orang sepanjang masa

Wahai…pintu sejarah
Karena itu kamilah orang yang kau butuhkan sekarang!!!


Balikpapan, gang Depag

Gelisah,”malam tanggal 8 April”,
Piala Kemenangan….

Barisan pasukan itu, kini
Pulang kembali ke Madinah
Jalannya melemah
Wajahnya tertunduk
Luka-luka masih membasah
Aroma kekalahan tercium
Sepanjang perjalanan mereka
700 pasukan uhud baru saja
Menguburkan para syuhada
Yang gugur dalam perang tersebut

“Bukankah kita beriman kepada Allah
“dan mereka adalah penyembah berhala”
“Kenapa mereka yang menang !!!
Setidaknya itu segundah pernyataan yang keluar
Dari beberapa sahabat kepada sang pemimpin,Rasulullah SAW.
Bahwa mereka tidak percaya dengan apa yang sedang mereka alami
Bahwa “nostalgia kemenangan diperang badar” tidak lagi terulang
Diperang uhud kali itu.
Sulit….memang sulit menerima kenyataan itu

Benar dan salah
al haq dan al bathil, itu adalah wilayah nilai,
namun…
menang dan kalah
kekuatan dan kelemahan, itu adalah wilayah manajerial
Karena itulah,,,,
Bukan semata-mata karena kita benar maka kita akan jadi kuat
Bukan karena kita adalah barisan “al haq” maka kita menjadi pemenangnya
Dan sebaliknya bukan karena “mereka” yang bathil maka otomatis akan kalah begitu saja
Itu dua wilayah yang berbeda.
Mungkin itulah yang pernah dikatakan oleh imam Ali ra
Bahwa,”kemenangan yang tidak dikelola dengan baik
Akan dikalahkan oleh kebatilan yang dikelola dengan baik”.
Jadi……..
Kita cuma diminta untuk mempertemukan
Antara kebenaran dengan kekuatan
Antara al haq dengan kemenangan

Kalaupun orang-orang benar itu “kalah”
Itu hanyalah belum “jadual” mereka untuk menang
Jika ditanya,,mengapa mereka “gagal”??
Karena mungkin juga masih ada “syarat-syarat untuk menang” yang belum lengkap
Menyertai perjuangan “nilai” mereka.
Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan sekitar
80 ayat lebih dalam surat ali imran untuk
Menjelaskan ulang arti sebuah perjuangan
Kepada pasukan Uhud kala itu.
Allah SWT sedang menghibur duka-duka mereka :

“Walaa tahinuu wala tahzanuu, wa antumul a’launa inkuntum mu’miniin”
Dan janganlah kalian merasa lemah dan bersedih, dan kalianlah yang lebih tinggi karena beriman.

Saudaraku.,…hari ini
kita tidak menemukan alasan untuk bersedih
Apalagi merasa kalah…..
Kemenangan kita adalah karena keimanan kita.
Iman yang masih membara, menyemburat api da’wah
Iman yang menggelombang menjadi kekuatan cita
Iman yang meniup menjadi topan-topan kebaikan
Yang kelak akan menyingkirkan kebathilan.

Lihatlah…tidak ada yang hilang disekeliling kita
Kita masih beriman
Kita masih berukhuwah
Kita masih ber’amal
Seperti itulah sahabat,,,,walau kalah
Kota madinah tetap utuh ditangan mereka
Tidak ada yang menjadi tawanan perang musuh.
Ini belum giliran kita,,,,karena
Menang itu adalah piala bergilir
Yang akan senantiasa mencari “siapa yang layak”
Memegangnya……
Kita Cuma berusaha agar bisa menawan dihadapannya
Dan biarkanlah kelak, dia jatuh kepangkuan kita
Allah Akbar!!!
“kalau hari ini kalian mendapatkan luka (kalah) maka ingatlah juga
Bahwa musuh-musuhmu pernah juga mendapatkan luka (kalah) pada waktu yang lalu,
Demikianlah hari-hari (kemenangan & kekalahan) akan senantiasa Kami pergilirkan
Diantara manusia,……”

Balikpapan, gang Depag

Gelisah,”menatap hasil…”

LELAH....


Ada lelaki yang mengeluh….
Merasa jenuh
Lalu terjatuh, seraya berkata :
“LELAH!!!”
Ada lelaki yang lelah…..
Tubuhnya merah berdarah-darah,..
Namun wajahnya sangat cerah
Dan semangatnya tetap melimpah…
Ia berkata :
“LILLAH!!!” Ayuhal ikhwah
Jadilah lelaki yang gagah dalam berda’wah!!!


Balikpapan, gang depag
Gelisah,”dari seorang murid”!@?#

Minggu, 05 April 2009

Izinkan kami menang Ya Allah....

Malam itu, tiba-tiba saja
rasa mengantuk datang
Menyelimuti semua pasukan perang Badar
Tidak ada yang luput dari “serangan ngantuk”
Hebat tersebut.
Padahal besok mereka semua akan berperang
Melawan pasukan musyrikin Quraisy.
Wajah-wajah lelah mereka berubah
Menjadi wajah-wajah syahdu, mereka tenang
Dalam tidurnya. Mereka sedang
Menikmati pertolongan Allah SWT yang bernama
“mengantuk”

Diam-diam, Rasulullah SAW keluar dari kemahnya
Ditengah keheningan malam yang sejuk
Beliau melewati dan menatap satu-persatu sahabatnya yang
Sedang damai dalam tidurnya.
Beliau menatap sayang dan cinta
Semua sahabatnya yang sudah lelah
Berjalan kaki pada bulan Ramadhan
Dimana itu adalah puasa perdana mereka lakukan.

Ayunan langkah kaki beliau
Berakhir disebuah gundukan pasir yang agak tinggi
Dibawah sebuah pohon yang rindang
Tempat itu menjadi saksi
Sujud-sujud panjang
Dan lantunan doa’ dari seorang
Pemimpin mulia, Rasulullah SAW

“Ya Allah,,,,aku menagih janji-Mu kepadaku”
“Ya Allah,,,,berikanlah kepada kami kepastian Janji-Mu”
“Besok kami semua akan berperang melawan musuh-musuh-Mu
“Jika kami semua besok mati, maka jangan pernah Engkau
“Berharap diri-Mu akan disembah lagi diatas bumi ini!!”

Dalam tangisan cinta & munajat syahdu
Kali itu tangan beliau menengadah dengan
Tinggi…setinggi-tingginya
Sampai-sampai, selempang beliau terjatuh ke tanah
Abu bakar ra menghampirinya, seraya berkata
“cukup,,,cukup,,,cukuplah wahai Rasulullah
“Rabb-Mu pasti mendengarkan”
Sambil beliau menangis juga dan mengembalikan
Selendang Rasulullah ke pundaknya

Wahai…jiwa-jiwa badar
Wahai…jiwa-jiwa kader sejati
Wahai…jiwa-jiwa pemburu surga
Mari kita berkumul di lapangan jihad ini
Saksiksan kami duhai Allah
Tidak ada yang kami cari kecuali Ridho-Mu
Kami butuh kemenangan atas perjuangan ini, Ya Allah
Bukan karena kemenangan itu semata,
Namun kemenangan itu adalah pengakuan-Mu
Atas benarnya iman dan ‘amal kami Ya Allah.


Balikpapan, gang Depag


Gelisah,’’malam-malam yang tenang”

Jumat, 03 April 2009

Terminal Negara...menantimu.

Seberapa akuratkah kita
Mendefenisikan “kemenangan” perjuangan ini
Seberapa kuatkah kita
Merintis jalan kemenangan tersebut
Dan seberapa yakinkah kita
Dengan arah perjuangan kereta yang kita tumpangi ini?
Kereta da’wah yang kita tumpangi kini
Sudah banyak melewati terminal-terminalnya
Banyak yang naik dan tidak sedikit pula turun
Disetiap terminalnya….

Didepan mata sana sudah terlihat
“Stasiun Negara” menunggu kedatangan kereta kita,
Diujung hamparan sana, sudah siap
Menanti lahan yang bernama “taman Indonesia”
Taman itu melambaikan tangannya, seraya dia berkata
“sepertinya kalian adalah para pekebun yang kami nanti-nantikan”
Pekebun-pekebun ulet itu cuma meminta doa
“Ya Allah izinkan kami menata ulang taman ini”




Balikpapan,gang Depag


gelisah,,,sudah berapa terminal?

Rabu, 01 April 2009

Mereka berada diantara kita...

Apakah yang dirasakan oleh para
generasi da’wah pertama “sabiquunal awwaluun”
ketika gerakan da’wah mereka sudah
memasuki tahun keduapuluh saat itu…
Saat da’wah mereka sudah “menguasai” negara
Saat dimana jumlah kaum muslimin sudah 120 ribuan
Saat orang “berbondong-bondong” masuk kedalam barisan da’wah
Ada yang karena sadar atas dorongan ilmu,
Ada yang karena “kagum” dengan jumlah kaum muslimin
Ada yang ingin “mendapatkan” cipratan ganimah harta
atau mereka yang terpaksa karena tidak punya pilihan lain

Kader awal terbaik Rasulullah SAW
Kini menjadi “minoritas” diantara kaum muslimin
Kini mereka “segelintir” dari yang banyak itu
Dimanakah……kira-kira??
83 sahabat Muhajirin
314 sahabat ahlu Badar
700 sahabat ahlu Uhud,,,, diantara ratusan ribu itu..?
Kini “siapa yang mempengaruhi siapa”!!

Apa yang ada dibenak kita ,,,,sekarang
Dimanakah kita berada sekarang?
Sekarang wajah siapa yang banyak kita lihat
Apa wajah “mereka yang bersama kita dari dahulu”
Atau wajah baru, yang barusan saja menaiki kereta Da’wah ini,,,”
Apakah kita hanya “menginginkan kamar”
Sedang mereka melihat kita membangun “istana yang besar”
Apakah kita hanya “membuat teras kecil”
Sedang mereka melihat kita sedang membangun “ taman besar”
Apakah kita hanya “menaiki kendaraan kecil”
Sedang mereka melihat kita “menaiki kereta api nan panjang”
Yang bisa mereka tumpangi setiap saat.

Kita adalah “taman kehidupan”
Tempat disana aneka bunga tumbuh menghiasinya
Kita adalah “penjaga taman” itu
Simpanlah bunga-bunga itu pada tempatnya agar dia kelihatan indah,,,,
Ada yang bisa disimpan ditaman, karena disitu tempatnya
Kita adalah “pemilik rumah”
Karena memang bunga-bunga itu tumbuh diteras da’wah kita
Jika engkau pandai mengaturnya,
Semua orang yang melewati “rumahmu” akan kagum kepadamu,
Namun, jika “taman kita” tidak elok dipandang
Mereka tidak pernah menyalahkan bunga-bunga itu.
Namun kita pemiliknyalah yang disalahkan
Mungkin ada yang salah “kita menempatkan” dan menatanya

Mungkin “telinga” kita menjadi asing
Mulai mendengar “ocehan” penumpang-penumpang baru
Yang berkendaraan bersama kita, ada suara-suara bising
Jika ada tikungan tajam, merekalah yang paling
Keras berteriak, namun “segelintir” orang itu
Hanya memastikan agar semuanya sampai tujuan dengan selamat
dengan mobil da’wah yang sudah kita rawat sejak dulu.

Itulah yang dirasakan dalam pasukan Hunain
12 ribu pasukan sedang parade kekuatan
Menuju bani hawazin,,,,
Pasukan sudah mulai ada yang bercengkerama
Wah,,,kalau jumlah ini pasti kita menang
Ditengah perjalanan, seluruh pasukan beristirahat
Diantantara mereka “ tiba-tiba” meminta dibuatkan
Sebuah pohon yang bisa digantungkan senjata-senjata mereka dibawahnya
Itu adalah tradisi bangsa jahiliyah, agar bisa menang.
Nabi berkata kepada mereka,
“kalian tidak ada ubahnya seperti pengikutnya Nabi Musa as
Yang minta dibuatkan patung agar bisa disembah”.

Dan ketika perang terjadi
Semuanya lari,, kecuali para sabiquunal awwalun
Merekalah urat nadi da’wah ini
Merekalah denyut jantung yang memompa darah perubahan mengalir kesekujur tubuh
Merekalah inti roda yang memutar semua lingkaran terluarnya

Balikpapan, lapangan merdeka

Kegelisahan sekitar kampanye

Karena panggilan Risalah!!!

Tiba-tiba saja Rasulullah SAW
Berteriak dari atas kudanya
Teriakan yang sangat keras,
Sampai-sampai terdengar ke ujung pasukan yang
Sudah mundur & melarikan diri dari kancah peperangan.
Situasi menjadi kacau, diluar dugaan
Pasukan panah bani Hawazin berhasil
Menyergap kaum muslimin disela-sela bukit
dan menghujani mereka dengan panah
jelang terbitnya fajar.

Karuan saja,12 ribu pasukan kocar-kacir
Masing-masing lari mencari rasa aman sendiri
Wajah-wajah yang tadinya berangkat dengan penuh
Rasa percaya diri akan jumlah mereka yang banyak
Tiba-tiba saja hilang dari peredaran orbit pasukan
Kini wajah mereka semua memerah.
Memerah bukan karena “sedang seru” berperang mengayunkan pedangnya
Namun “memerah” karena sedang mengayuhkan kakinya
sekuat-kuat berlari meninggalkan medan tempur
Kini mereka sedang mempertontonkan kadar iman mereka
Seberapa “baik, benar, jujur dan iklhas kah” mereka dengan imannya.

“Aku adalah Muhammad bin Abdullah”
“Aku adalah Rasul Allah SWT”
“Aku tidak pernah berdusta, wahai kaum muslimin !!!
“Kemana kalian yang telah bersumpah setia (baiat)
kepadaku dibawah sebuah pohon kala itu…?

Kali ini teriakan beliau bukan hanya keras dalam arti kuatnya kekuatan
Suara yang keluar dari pita suara beliau, namun…
keras kepada siapa suara itu ditujukan.
Bagi orang yang baru masuk Islam dalam pasukan itu
Nabi berharap dengan menyebutkan nama nasabnya
Mereka akan kembali kekancah peperangankembali
Serta bagi para “senior” mereka, Nabi perlu menyentil
Mereka dengan sebutan “Rasulullah”.
Itulah yang kita sebut dengan
“panggilan Biologis” & “panggilan ideologis”
“panggilan nasab & panggilan risalah”

Kemanakah gerangan kalian yang telah
Bersumpah setia menyebutkan nama Allah SWT & Rasul-Nya
Bersumpah akan membela da’wah baik dalam
Keadaan apapun, Mudah maupun sulit, ringan maupun berat.
Kemanakah orang yang sudah betransaksi bisnis dengan Allah ?
Pembeli mana yang tidak akan kecewa, jika“barang” yang dibelinya
Ternyata manis di luar, namun pahit di dalamnya
Bagus bungkusnya, namun kosong isinya
Kemanakah,,,,energimu
Kemanakah,,,,langkahmu
Dimanakah….dirimu…..
Jihad mencarimu…..
Syahid menunggumu….
Mereka menunggumu di pintu jihad, namun
Kenapa nyaris tidak Kumencium aroma dirimu



Balikpapan, gang depag

Kegelisahan,”kenapa tidak semua kita bekerja”